KONDISI
LINGKUNGAN PENAMBANGAN FELDSPAR DI
KECAMATAN KARANGAN DAN KECAMATAN SURUH
KABUPATEN TRENGGALEK
Nikmatul Istikhomah,
Ach. Amirudin, Ardyanto Tanjung UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Email
: niqys.stivkona@gmail.com
Abstrak
: Pertambangan feldspar merupakan salah satu pertambangan yang
cukup melimpah di Trenggalek. Keterbatasan informasi tentang feldspar dan kondisi kerusakan lingkungan akibat
aktivitas pertambangan khususnya penambangan feldspar merupakan kendala bagi
pemerintah dan masyarakat setempat untuk melakukan upaya antisipasi degradasi
lingkungan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
bagaimana kondisi lingkungan pertambangan feldspar dan seberapa besar kerusakan
yang telah terjadi sehingga kerusakan yang ditimbulkan dapat diminimalkan.
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengidentifikasi aktivitas
penambangan feldspar di Kecamatan Karangan dan Kecamatan Suruh Kabupaten
Trenggalek serta mengetahui dampak penambangan feldspar terhadap kondisi
lingkungan di Kecamatan Karangan dan Kecamatan Suruh Kabupaten Trenggalek.
Penelitian
ini menggunakan rancangan penelitian diskriptif kuantitatif dengan metode
survei. Data penelitian berupa data primer dan sekunder yang diambil dari 5
sampel lokasi penelitian. Data primer meliputi (1) aktivitas penambangan
meliputi intensitas penambangan, pelaku penambang dan cara penambangan.(2)
kondisi lingkungan meliputi topografi, tanah, vegetasi, ketersediaan air serta
kualitas udara. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, dokumentasi dan pengukuran.
Pengolahan data aktivitas penambangan dan pengolahan data kondisi lingkungan
yang selanjutnya dilakukan analisis data dengan menggunakan analisis diskriptif
untuk aktivitas penambangan dan pengharkatan (scoring) untuk mengetahui
kondisi lingkungan serta rumus USLE untuk menentukan tingkat erosi.
Berdasarkan
pembahasan diperoleh lima kesimpulan yaitu : (1) aktivitas pertambangan
feldspar di Kecamatan Karangan dan Kecamatan Suruh Kabupaten Trenggalek berada
di lokasi perbukitan yang tidak jauh dari pemukiman masyarakat dan memiliki
tanggul alam berupa pepohonan, (2) penggunaan lahan di lokasi penelitian
sebelum penambangan mayoritas adalah tegalan, semak belukar dan hutan negara,
(3) intensitas penambangan dan pekerja lapangan penambangan feldspar di
Kecamatan Karangan lebih besar daripada di Kecamatan Suruh, (4) aktivitas
pertambangan feldspar di Kecamatan Karangan dan Kecamatan Suruh Kabupaten
Trenggalek sudah dikelola oleh badan usaha (pengelola), namun terkait
administrasi pengelolaan penambangan feldspar belum tertib, (5) dampak
penambangan feldspar terhadap kondisi lingkungan di Kecamatan Karangan dan
Kecamatan Suruh Kabupaten Trenggalek signifikan. Semakin besar intensitas
penambangan feldspar, kondisi lingkungan semakin buruk. Saran yang diberikan
penulis sebagai berikut, (1) masyarakat dan pihak pengelola disarankan
melakukan pengendalian lingkungan dengan melakukan pengembalian tanah,
pemanfaatan bekas lahan, dan reboisasi, (2) perubahan kondisi lingkungan yang
memburuk harus segera ditanggapi secara terpadu dibawah tanggungjawab Dinas
Lingkungan Hidup, (3) kegiatan penambangan tidak perlu ditutup, namun perlu
dilakukan pengelolaan lingkungan,(4) perlu adanya studi lanjutan terkait
penambangan feldspar dan pengaruhnya terhadap kondisi lingkungan. Kata Kunci : Kondisi lingkungan,
feldspar,erosi, Karangan, Suruh, Trenggalek.
1
2
PENDAHULUAN
Kegiatan pembangunan di tanah air melibatkan
seluruh sektor, diantaranya adalah
sektor industri dan
pertambangan. Mineral dan pertambangan batu bara khususnya komoditas tambang
batuan dan batuan non logam mempunyai peran penting dan strategis dalam
pembangunan perekonomian, baik dalam skala daerah maupun dalam skala nasional,
khususnya dalam menyokong kelangsungan sektor industri dan infrastruktur. Di
sisi lain, kebutuhan akan komoditas tambang untuk konstruksi dan industri,
seperti komoditas tambang batuan, semakin meningkat seiring dengan semakin
berkembangnya pembangunan berbagai sarana maupun prasarana fisik, seperti
jalan, jembatan, gedung perkantoran, perumahan, serta berbagai industri yang
memerlukan bahan galian sebagai bahan baku ataupun bahan campuran untuk
produknya. Tingginya permintaan akan bahan galian tersebut akan memacu kegiatan
pertambangan. Komoditas tambang ini dapat menjadi sumber mata pencaharian bagi
masyarakat melalui proses pengambilannya, dapat pula melalui proses pembuatan
atau produksi dalam industri manufaktur, dan juga dalam proses pengangkutan
atau transportasi barang tambang terutama masyarakat kecil yang berpenghasilan
rendah.
Industri
pertambangan merupakan salah satu industri yang memiliki kontroversi. Di satu
sisi memiliki potensi besar dalam
membuka peluang kerja namun di sisi lain jika tidak diimbangi dengan konservasi
alam dan pengelolaan lingkungan yang baik dapat menimbulkan berbagai perubahan
lingkungan yang mengancam kelestarian lingkungan. Potensi positif dari industri pertambangan yang ada sering
kali belum mampu menutupi potensi negatifnya. Hal ini dikarenakan potensi
industri pertambangan terkadang belum mendapat perhatian ekstra terutama dalam
masalah manajemen pengelolaan pertambangan dan pasca pertambangan.
Perubahan
kondisi lingkungan yang mengarah pada kerusakan lingkungan karena eksploitasi
lahan untuk kawasan pertambangan juga terjadi di Trenggalek. Jumlah penduduk
yang terus meningkat dalam kondisi ekonomi yang rendah mengakibatkan masyarakat
mengubah lahan pertanian dan lahan hijau menjadi area pertambangan bahan galia.
Alih fungsi lahan dan kerusakan lingkungan terjadi di beberapa kecamatan di
kabupaten Trenggalek, diantaranya kecamatan Karangan dan kecamatan Suruh.
Kabupaten Trenggalek merupakan wilayah yang memiliki potensi komoditas tambang
yang besar, baik mineral radioaktif, mineral logam, mineral bukan logam, batuan
maupun batubara. Komoditas tambang yang ada di Trenggalek di antaranya mangan,
bruintal, alumunium, kaolin/tawas, gypsum, asbes, tanah merah, traso, marmer,
batu tupa gamping dan lain-lain. Adapun komoditas tambang yang telah dimanfaatkan
sebagai pertambangan produktif dan ditambang secara professional (manajemen
yang bagus) adalah andesit/diorite, pasir, kalsit, batu gamping, feldspar dan
tanah liat.
Kecamatan
Karangan dan kecamatan Suruh merupakan kecamatan yang berada di tenggara
Kabupaten Trenggalek yang dilewati oleh jalur Gunung Kidul. Sebagian besar
Gunung Kidul yang membentang di selatan
pulau Jawa merupakan pengangkatan pantai selatan, hal inilah yang menyebabkan
kawasan selatan Trenggalek kaya akan barang tambang. (RTRW Trenggalek tahun
2010). Kecamatan Karangan yang terdiri dari 12 desa, memiliki potensi tambang
yang cukup melimpah. Di daerah ini terdapat beberapa lokasi yang merupakan area
Penambangan bahan tambang diantaranya bahan galian feldspar, marmer, kalsit,
andesit, diorite dan lainnya. Di kecamatan Karangan lokasi pertambangan
feldspar terdapat di desa Jati yakni berlokasi di Gunung Sapu dan Gunung
Jabung. Selain kedua lokasi tersebut penambangan gamping dan feldspar juga
terdapat di kecamatan Suruh yakni di desa Mlinjon. Lokasi pertambangan terdapat
di Gunung Slimer, Gunung Banjiran, Gunung Konang dan juga Puthuk Basar.
Penambangan
feldspar yang dilakukan di kecamatan Karangan dan Suruh mayoritas memperoleh
ijin pertambangan dari Dinas Koperasi, Industri, Perdagangan, Pertambangan
3
dan Energi
Kabupaten Trenggalek. Berdasarkan survei
awal yang dilakukan peneliti, aparat
setempat (tingkat desa dan kecamatan) belum merasakan pengaruh positif besar
dari keberadaan tambang di daerahnya tersebut. Pajak penambangan dan bagi hasil
pihak pengelola pertambangan langsung masuk di kas kabupaten. Fakta di lapangan
menunjukkan masyarakat yang terlibat di pertambangan pun tidak terlalu
banyak.
Keterbatasan
informasi tentang feldspar dan kondisi kerusakan lingkungan akibat aktivitas
pertambangan khususnya penambangan feldspar tersebut merupakan kendala bagi
pemerintah dan masyarakat setempat untuk melakukan upaya antisipasi degradasi
lingkungan. Kendala tersebut antara lain
kesulitan dalam perencanaan dan penataan wilayah kekuasaan pertambangan,
semakin meluasnya penambangan bahan galian tanpa izin dari pemerintah yang
merusak lingkungan serta belum adanya upaya pencegahan terhadap masalah
kerusakan lingkungan yang ada serta masalah-masalah tak terduga, diantaranya
longsor tebing bukit batu, pencemaran ataupun masalah lain. Oleh karena itu
perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana kondisi lingkungan
pertambangan feldspar dan seberapa besar kerusakan yang telah terjadi sehingga
kerusakan yang ditimbulkan dapat diminimalkan. Oleh karena itu perlu dilakukan
penelitian untuk mengetahui bagaimana kondisi lingkungan pertambangan feldspar
dan seberapa besar kerusakan yang telah terjadi sehingga kerusakan yang
ditimbulkan dapat diminimalkan. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan
penelitian yang berjudul Kondisi Lingkungan Penambangan Feldspar Di
Kecamatan Karangan dan Kecamatan Suruh Kabupaten Trenggalek.
METODE PENELITIAN
Jenis
penelitian yang digunakan untuk penelitian yang berjudul kondisi lingkungan
penambangan feldspar di Kecamatan Karangan dan Kecamatan Suruh Kabupaten
Trenggalek adalah penelitian diskriptif kuantitatif. Metode yang digunakan
dalam penelitian adalah metode survei, artinya penelitian ini berupaya untuk
mengumpulkan sejumlah besar data secara bersamaan sebagai landasan dalam
penyajian sesuai dengan maksud dan tujuan. Data yang dikumpulkan adalah data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung di lapangan
dengan cara pengamatan dan pengukuran untuk memperoleh data tingkat kondisi
lingkungan akibat pertambangan. Data
sekunder dikumpulkan dengan teknik dokumentasi. Data sekunder yang dikumpulkan
adalah data intensitas penambangan yang diperoleh dari para pekerja serta
kondisi geografis, serta peta-peta yang diperoleh dari kantor BAPPEDA dan
kantor dinas lainnya.
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan
Mei-Juli tahun 2012 dengan lokasi penelitian di Kabupaten Trenggalek dengan
mengambil lokasi di 2 kecamatan yakni di Gunung Sapu dan Gunung Jabung di desa
Jati Kecamatan Karangan dan Gunung Slimer, Gunung Banjiran, Puthuk Basar di
Kecamatan Suruh. Berikut tabel lokasi sampel penelitian :
Tabel
1 : sampel penelitian No Desa Pengambilan sampel Nama daerah
Luas area tambang
1 Jati Lokasi 1
Gunung Sapu 4 ha 2 Lokasi 2 Gunung Jabung 10 ha 3 Mlinjon Lokasi 3 Gunung
Slimer 3 ha 4 Lokasi 4 Gunung Banjiran 5 ha 5 Lokasi 5 Puthuk Basar 2,4 ha
Tahap
pengolahan data meliputi pemeriksaan data, pengolahan data aktivitas
penambangan, dan pengolahan data kondisi lingkungan. Analisis data yang
digunakan adalah analisis deskriptif untuk data aktivitas pertambangan.Data
aktivitas pertambangan yang telah diperoleh diolah dan diklasifikasi, meliputi intensitas penambangan, penggunaan
lahan dan
4
pelaku penambangan
(pengelola dan pekerja lapangan). Untuk teknik penambangan menggunakan ceklist
berdasarkan parameter yang telah ditetapkan oleh Hartman.
Penilaian
tingkat kondisi lingkungan dilakukan dengan cara pengharkatan (scoring)
dari masing-masing faktor lingkungan / parameter yang digunakan antara lain :
topografi, tanah, vegetasi, ketersediaan air dan kualitas udara Penentuan tingkat kondisi lingkungan berpedoman pada
penelitian yang dilakukan Risyanto dan telah dimodifikasi oleh peneliti dimana
penentuan tingkat kerusakan lingkungan dilakukan dengan cara menjumlahkan skor
tertinggi dari jumlah keseluruhan subvariabel yaitu 5x3 = 15. Jumlah skor
terendah yaitu 5x0 = 0 selisih antara skor tertinggi dan skor terendah yaitu
24. Jumlah kelas kondisi lingkungan adalah 4, maka selisih range antarkelas
adalah 15/4 = 3,75. Selanjutnya
ditentukan kondisi lingkungan (tingkat kerusakan lingkungan) secara kumulatif
yaitu sebagai berikut :
Tabel 2 Skoring Tingkat Kerusakan Lingkungan tingkat
kerusakan lingkungan Jumlah skor
Berat 11,26-15 Sedang
7,51-11,25
Ringan 3,76-7,5
Baik 0-3,75
Sumber : Risyanto dengan
modifikasi
Salah
satu indikator kerusakan lingkungan adalah erosi. Dalam penelitian ini erosi
yang terjadi di daerah penambangan feldspar dihitung dengan menggunakan rumus
USLE.
E=
RLKSCP Dimana :
E = rata – rata erosi
tanah tahunan (ton/ha); R = Indek
erosivitas hujan ; K= Faktor
erodibilitas tanah, yaitu kecepatan erosi per indeks erosi hujan suatu
tanah L = Faktor panjang lereng untuk
menghitung erosi (lahan yang sudah terbuka akibat penambangan dibandingkan
dengan lahan yang masih tertutup) S= Faktor kemiringan lereng yaitu
perbandingan antara besarnya erosi yang terjadi pada suatu bidang tanah dengan
kecuraman tertentu.
Adapun penentuan katagori hasil perhitungan
tingkat bahaya erosi pada satuan unit lahan dapat ditentukan berdasarkan
klasifikasi pada tabel berikut :
Tabel 3. Klasifikasi
Laju Erosi No Laju
Erosi(ton/ha/tahun) Kategori
1 <15 -4="" 15="" 180="" 2="" 3="" 4="" 60="" 61="" 80="" erosi="" moderat="" normal="" ringan="" span=""> 15>Berat/tinggi 5 480 keatas Sangat berat/sangat
tinggi
Sumber : Keputusan Ditjen
Reboisasi Dan Rehabilitas Departemen kehutanan No.041/Kpts/V/1998
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian
ini mengidentifikasi aktivitas penambangan feldspar di Kecamatan Karangan dan
Kecamatan Suruh Kabupaten Trenggalek serta mengetahui dampak penambangan
feldspar terhadap kondisi lingkungan. Secara singkat hasil dan pembahasan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut
Kondisi aktivitas pertambangan feldspar
Kondisi
aktivitas pertambangan feldspar yang terjadi di lokasi penelitian bisa dilihat
dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 4. Intensitas penambangan
feldspar dan lama penambangan di 5
lokasi penelitian
5
Lokasi
Nama tempat Luas Jumlah pengambilan/hari
Berat /truk Awal penambangan perijinan resmi
Berat /truk Awal penambangan perijinan resmi
Lokasi 1 Gunung Sapu
4 ha 50-70 truk 8-10 ton/ret 1996 1998 Lokasi 2 Gunung Jabung 10 ha 6-7 truk
8-9 ton/ret 2004 2006 Lokasi 3 Gunung Slimer 3 ha 2 truk 7-8 ton/ ret 1985 1990
Lokasi 4 Gunung Banjiran 5 ha 3-4 truk (Bulan) 9-10 ton/ret 1982 1985 Lokasi 5
Puthuk Bashar 2,4 ha 16-20 truk 5-7 ton/ret 1982 1983
Keterangan
1truk = 1 ret Sumber : hasil penelitian, Juni 2012
Tabel 5. Cara penambangan feldspar di 5 lokasi
penelitian
Lokasi Teknik
Penambangan Teknologi penambangan Peralatan Lokasi 1 Open pit/open case Modern
Mesin bego, dril, dll Lokasi 2 Strip-mining Modern Mesin bego, dril, dll
Lokasi 3 Strip-mining Tradisional Linggis, palu, amer,cikrak,dll Lokasi
4 Strip-mining Tradisional Linggis, palu, amer,cikrak,dll Lokasi 5 Open
pit/open case Tradisional Linggis, palu, amer,cikrak,dll
Sumber
: hasil penelitian, Juni 2012
Tabel 6.
Pengelola penambangan feldspar dan pekerja di 5 lokasi penelitian
Lokasi Nama tempat
Luas Pengelola Pekerja Lapangan Mandor Sopir Penggali
Lokasi 1 Gunung Sapu
4 ha CV. Tripurwita Jaya Abadi 5
orang 17 Orang 54 Orang Lokasi 2 Gunung
Jabung 10 ha CV. Kuali Mas 2 orang 2 orang 10 orang
Lokasi 3 Gunung
Slimer 3 ha PT. Artomoro 1 orang 2 Orang 5 Orang Lokasi 4 Gunung Banjiran 5 ha
CV. Surya Kencana - 1 Orang 3 Orang Lokasi 5 Puthuk Bashar 2,4 ha CV. Sinar
Agung 2 orang 4-6 orang 38 orang
Sumber : hasil
Penelitian, Juni 2012
Dari tabel diatas aktivitas
pertambangan untuk masing-masing lokasi penambangan sebagai
berikut : a. Lokasi
1(Gunung Sapu)
Gunung
Sapu adalah salah satu gunung yang terletak kecamatan Karangan Kabupaten
Trenggalek. Berada di tenggara desa Jati, diperbatasan desa Jati, desa Mlinjon
dan Suruh. Kaki gunung Sapu dikelilingi oleh dusun Bedoyo, dusun Grumbul Gedhe,
dusun Sapurejo, dusun Pager dan dusun Sawahan serta tegalan/ ladang penduduk
desa yang ditanami singkong. Ketinggian gunung Sapu pada awalnya adalah 261
meter dpl namun saat ini telah mengalami penurunan dikarenakan proses
penambangan feldspar yang menggunakan system open pit/ open case. Digali
dari sisi bawah melingkar yang selanjutnya menuju puncak. Ketika sudah sampai
puncak digali dari atas (digempur dari puncak gunung).
Gunung
Sapu mulai dibuka untuk ditambang sejak tahun 1996 namun perijinan resmi dari
dinas pertambangan tahun 1998. Perusahaan yang bertanggungjawab terhadap penambangan
feldspar di lokasi satu adalah CV Tripurwita Jaya Abadi yang berpusat di
TulungAgung. Pekerja lapangan dilokasi
terdiri dari mandor sejumlah 5 orang, sopir 17 orang dan penggali sebanyak 54
orang. Intensitas penambangan feldspar di lokasi 1 perhari antara 50-70 truk/
hari dengan berat per truk rata-rata adalah 8-10 ton per truk. Penggunaan lahan
sebelum dibuka adalah sebagai bukit konservasi biasa dengan tanaman perdu yang
mendominasi. Ada juga di beberapa tempat tertentu dengan lapisan tanah yang cukup
tebal dikelola oleh masyarakat sekitar dengan ditanami berbagai jenis tanaman
pangan berupa singkong, jagung, kedelai dan kacang tanah.
6
b. Lokasi 2 (Gunung Jabung)
Gunung
Jabung adalah salah satu rangkaian perbukitan yang terletak kecamatan Karangan
Kabupaten Trenggalek. Tepatnya di timur desa Jati, perbatasan desa Jati dan
desa Kedungsigit. Gunung Jabung terdiri dari 2 bukit yang satu menjulang
diutara berbentuk kerucut, sedangkan sebelah selatan berbentuk seperti meja.
Kaki gunung Jabung dikelilingi oleh hutan semak belukar dan beberapa dusun
yakni dusun Tempel desa Jati serta dusun Tenggong desa Kedungsigit. Gunung
Jabung merupakan gunung batu gamping yang terjadi karena pengangkatan pantai
selatan. Terbukti di beberapa titik, batuan dari gunung Jabung masih mengandung
butir garam dan fosil makhluk laut berupa kerang-kerangan.
Ketinggian
gunung Jabung sekitar 357 meter diatas
permukaan laut. Gunung Jabung mulai dibuka atau ditambang sejak tahun 2004.
Namun penambangan masih bersifat eksplorasi (penambangan dalam rangka uji coba
terutama terkait kualitas dan kuantitas feldspar sesuai dengan standar mutu
yang diinginkan pabrik dan pihak pengelola), sehingga penambangan feldspar
belum berjalan optimal. Baru tahun 2006 penambangan feldspar gunung Jabung
beroperasi (penambangan produktif). Saat ini penambangan Gunung Jabung dikelola
oleh CV. Kuali Mas yang berpusat di Tulung Agung dengan menggunakan teknik
penambangan strip- mining. Teknologi dan peralatan yang digunakan sudah
modern berupa mesin bego, drill dan lain sebagainya. Intensitas penambangan
feldspar di lokasi 2 perhari antara 6-7 truk/ hari dengan berat per truk
rata-rata adalah 8-9 ton per truk. Pekerja
lapangan dilokasi 2 terdiri dari mandor sejumlah 2 orang, sopir 2 orang
dan penggali 10 orang.
Penggunaan
lahan sebelum dibuka adalah lahan konservasi dan hutan lindung. Untuk lahan di
kaki gunung ditanami tanaman pangan berupa singkong,jagung, kacang tanah dan
lainnya oleh masyarakat sekitar. Letak penambangan feldspar Gunung Jabung
merupakan lokasi diatas tanah perhutani. Sehingga pengelolaan sepenuhnya
menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten dan pengelola yang terlibat.
c. Lokasi
3 (Gunung Slimer)
Gunung
Slimer adalah salah satu rangkaian perbukitan yang terletak kecamatan Suruh
Kabupaten Trenggalek, di daerah perbatasan antara kecamatan Karangan dan
kecamatan Suruh. Terletak di selatan desa Jati berbatasan dengan desa Mlinjon.
Gunung Slimer terdiri dari serangkaian perbukitan yang sambung menyambung dari
barat ke timur. Perbukitan tersebut memiliki puncak puncak rendah dengan
morfologi yang berbeda- beda. Gunung Slimer yang menjadi lokasi penambangan
feldspar terletak di bagian barat kearah tenggara.
Gunung
Slimer mulai dibuka untuk ditambang tahun 1985, namun perijinan secara resmi
baru diperoleh sejak tahun 1990. Teknik penambangan feldspar yang digunakan
adalah Strip-mining dengan peralatan tradisional yakni menggunakan
linggis, palu besar (ammer), pathok, pengungkit, cangkul dan lainnya. Intensitas
penambangan feldspar di lokasi 3 sekitar 2 truk/ hari dengan berat per truk
rata-rata adalah 7-8 ton. Pekerja lapangan dilokasi 3 terdiri dari mandor
sejumlah 1 orang, sopir 2 orang dan penggali 5 orang yang berasal dari
masyarakat setempat di bawah naungan perusahaan PT Artomoro.
Kepemilikan
lahan penambangan feldspar gunung Slimer adalah tanah perhutani, bukan tanah
pemajakan seperti serangkaian bukit Slimer lainnya. Penggunaan lahan Gunung
Slimer sebelum dibuka menjadi lahan penambangan feldspar adalah lahan
konservasi dan tegalan. Kaki gunung
Slimer dikelilingi oleh semak belukar
dan tegalan yang oleh masyarakat setempat dimanfaatkan sebagai lahan
tanaman pangan. Tanaman yang dibudidayakan adalah Singkong, Jagung, Pisang,
Padi gogo, Kacang tanah, kedelai dan sayur kacang-kacangan. Seperti mayoritas
gunung kapur yang ada di Trenggalek, Gunung slimer merupakan gunung batu
gamping yang terjadi karena pengangkatan pantai selatan.
7
d. Lokasi
4 (Gunung Banjiran) Gunung Banjiran adalah salah satu puncak perbukitan yang terletak
kecamatan Suruh
Kabupaten Trenggalek.
Tepatnya di barat laut desa Mlinjon. Gunung Banjiran memiliki morfologi unik,
dari kejauhan nampak seperti kursi. kaki perbukitan Slimer dikelilingi oleh hutan bambu dan semak
belukar. Beberapa dusun yang tidak jauh dari kawasan ini adalah Pojok, Mlinjon
Kulon, Dawuhan, dan dusun Tumpak Pelang. Gunung Banjiran merupakan perbukitan
batu gamping yang terjadi karena pengangkatan pantai selatan. Lokasi perbukitan
Banjiran terletak diatas tanah perhutani, sehingga pengelolaan sepenuhnya
menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten dan pengelola yang terlibat dalam
proses penambangan feldspar.
Gunung
Banjiran mulai dibuka untuk ditambang tahun 1982, perijinan secara resmi baru
diperoleh tahun 1985 dan dikelola oleh CV Surya Kencana. Kondisi terbaru
perijinan tambang di lokasi saat ini sudah habis sejak beberapa tahun lalu,
namun masyarakat setempat terkadang masih memanfaatkan bekas lokasi
penambangan. Teknik penambangan feldspar yang digunakan adalah Strip-mining
dengan peralatan tradisional yakni menggunakan linggis, palu besar (ammer),
pathok, pengungkit, cangkul, cikrak dan lainnya. Intensitas penambangan
feldspar di lokasi 4 hanya 3-4 truk/ bulan dengan berat per truk rata-rata
adalah 9-10 ton. Pekerja lapangan
dilokasi ini terbatas sejumlah 1 orang sopir dan penggali sebanyak 3
orang yang berasal dari masyarakat setempat.
Lokasi
5 (Puthuk Bashar)
Puthuk
Bashar adalah perbukitan yang terletak di tengah dusun Pojok di desa Mlinjon
kecamatan Suruh Kabupaten Trenggalek dan berada di kaki Pegunungan Selatan
pulau jawa yang melalui Kabupaten Trenggalek. Puthuk Bashar terdiri dari dua
bukit yang berdampingan, satu menjulang diutara berbentuk trapesium, sedangkan
yang satunya di sebelah selatan berbentuk seperti kerucut pepat. Ketinggian
Puthuk Bashar tidak lebih dari 200 meter dpl, Puthuk Bashar merupakan bukit
batu gamping yang terjadi karena pengangkatan pantai selatan, berbeda dengan
mayoritas perbukitan yang ada di sekitarnya. Kepemilikan lahan penambangan
feldspar puthuk bashar adalah tanah pemajakan,lahan tersebut merupakan milik
beberapa warga yang mengandung mineral feldspar dan dijadikan penambangan.
Puthuk
Bashar mulai dibuka atau ditambang sejak tahun 1982, paling awal dibanding
pertambangan lain.namun perijinan diperoleh baru tahun 1983 di bawah naungan CV
Sinar Agung. Teknik penambangan feldspar dilakukan dengan system Open pit/
open case dengan peralatan tradisional yakni menggunakan linggis, palu
besar (ammer), pathok, pengungkit, cangkul dan lainnya. Intensitas penambangan
feldspar di lokasi 5 sekitar 16-20 truk/ hari dengan berat per truk rata-rata
adalah 5-7 ton. Dibanding dengan lokasi lain berat batuan marmer dilokasi ini
lebih ringan. Hal ini disebabkan oleh lokasi di kaki barisan Pegunungan Selatan
dan usianya yang tua serta dekat dengan permukaan tanah. Pekerja lapangan
dilokasi 5 terdiri dari mandor sejumlah 2 orang, sopir sejumlah 4-6 orang dan
penggali sebanyak 38 orang yang berasal dari masyarakat setempat dan luar
dusun.
Penggunaan
lahan Puthuk Bashar sebelum dibuka menjadi lahan penambangan Feldspar adalah
tegalan, yang oleh masyarakat setempat dimanfaatkan sebagai lahan tanaman
pangan diantaranya Singkong, Jagung dan Pisang. Bahkan saat ini di lokasi
penambangan kita masih bisa menemui berbagai jenis tanaman tersebut.
Kondisi
penambangan di setiap lokasi memiliki karakteristik yang khas. Untuk memudahkan
perbandingan kondisi penambangan peneliti membagi menjadi dua kecamatan yaitu
kecamatan Karangan (Lokasi 1 dan lokasi 2)
dan kecamatan Suruh (Lokasi 3, lokasi 4 dan Lokasi 5). Secara detail
perbandingan kondisi penambangan dapat dilihat sebagai berikut :
8
Tabel 5.6 Perbandingan kondisi penambangan
di Kecamatan Karangan dan Kecamatan Suruh
No Variabel Kecamatan Karangan (Lokasi
1 dan Lokasi 2) Kecamatan Suruh (Lokasi
3, Lokasi 4 dan Lokasi 5)
1 Lokasi Perbukitan
Dekat dengan pemukiman
penduduk
Aksesibilitas mudah, jarak
dengan penampungan
tidak terlalu jauh
Perbukitan Agak jauh dengan pemukiman
Perbukitan Agak jauh dengan pemukiman
penduduk
Aksesibilitas sulit, jarak dengan
penampungan
cukup terlalu jauh
2 Intensitas
penambangan
3 Penggunaan lahan
4 Cara penambangan
Tinggi (kualitas batuan bagus) Sedang-rendah (kualitas batuan bervariasi)
Tinggi (kualitas batuan bagus) Sedang-rendah (kualitas batuan bervariasi)
Didominasi oleh
penambangan Penggunaan lahan antara penambangan, semak belukar dan tegalan
merata
teknik open mine/open
pit dan stripmining
Teknologi
tradisional Mayoritas peralatan : linggis, cikrak,
amer/ palu besar,
kapak dan lainnya
CV
resmi mayoritas mengantongi perijinan resmi namun masa ijin sudah habis
Administrasi
belum tertib 6 Pekerja Diatas 20 orang
Pekerja
tetap dan musiman
Sumber
: hasil penelitian Juli 2012
Mayoritas kurang dari 20 orang Pekerja musiman
Mayoritas kurang dari 20 orang Pekerja musiman
Tambang
terbuka (Surface mining)
Teknik
penambangan menggunakan teknik open mine/open pit dan stripmining
Teknologi
modern Peralatan : Mesin drill, mesin
bego/keruk, dinamit,
dll
5 Pengelola CV
resmi mayoritas mengantongi perijinan resmi
Administrasi
cukup tertib
Tambang terbuka (Surface mining) Teknik penambangan menggunakan
Tambang terbuka (Surface mining) Teknik penambangan menggunakan
Kondisi lingkungan
akibat penambangan feldspar Kondisi lingkungan yang
diidentifikasi adalah kondisi lingkungan akibat penambangan
feldspar
dalam hal ini meliputi topografi, tanah, vegetasi, ketersediaan air, dan udara.
Berikut hasil pengukuran lapangan secara singkat
Tabel 7
Hasil Pengukuran Topografi dan
tanah di lokasi Pertambangan Feldspar Lokasi Luas Galian Tinggi/
dinding galian Skor Jenis Tanah Pengembalian Tutupan lahan
Skor
Skor
Lokasi 1 3,75 ha
25-85 meter 3 kerikil berpasir Tidak ada 3 Lokasi 2 1 ha 30-50 meter 0 lempung,
tanah padas coklat, marginal Alami 1
Lokasi
3 1,5 ha 30-75 meter 2 Kerikil berpasir Alami 2 Lokasi 4 1 ha 15-30 mete 1
Kerikil berpasir, lempung Alami 1
Lokasi
5 2 ha 15-45 meter 2 coklat keputihan (kerikil ber pasir)
tidak ada. 2
tidak ada. 2
sumber : hasil penelitian
Juni 2012
Tabel
8 Tutupan Vegetasi Penambangan
Feldspar di 5 Lokasi Penelitian Lokasi
Luas area Luas tutupan % tutupan lahan
Jenis vegetasi Skor
Jenis vegetasi Skor
Lokasi 1 4 ha 0,25 ha
6,25% Semak Belukar. Rumput2an. 3 Lokasi 2 10 ha 9 ha 90% Tanaman keras, Semak
Belukar, Tanaman pangan,Rumput-rumputan 0
Lokasi
3 3 ha 1,5 ha 50% Tanaman keras, Semak Belukar, 2
9
Tanaman
pangan,Rumput-rumputan Lokasi 4 5 ha 4 ha 80% Tanaman keras, Semak Belukar,
Tanaman pangan,Rumput-rumputan 1
Lokasi 5 2,4 ha 0.4
ha 16,67% Tanaman pangan, Rumput Perdu, Ilalang.
(Sumber : hasil penelitian,
Juni 2012)
3
Tabel
9 Ketersediaan dan Kuantitas Air dan kondisi udara di Area Penambangan
Feldspar Lokasi Ketersediaan air Pemanfaatan skor Kondisi udara Nilai
Penyerap polusi Sko
Lokasi 1 Tidak ada -
3 Tidak sehat 105 Ada 2 Lokasi 2 Ada (3
mata air) Keperluan rumah tangga 0 Baik 40 Ada 0
Lokasi 3 Ada (1
genangan) Kolam ikan darurat 1 Sedang 67 Ada 1 Lokasi 4 Ada (2 titik genangan)
Pengairan tanaman 1 Baik 45 Ada 0 Lokasi 5 Tidak ada - 3 Sedang 89 Ada 1
Sumber : hasil
penelitian, Juni 2012
Dari
rekapitulasi data tabel 7, tabel 8 dan tabel 9 maka kondisi lingkungan akibat
pertambangan feldspar berdasarkan indikator tersebut dapat dilihat pada tabel
10 berikut.
Tabel 10. Nilai
Skoring Kondisi Lingkungan Feldspar Lokasi Skor Total Skor
Kriteria tingkat kerusakan T L V A U
Lokasi 1 3 3 3 3 2 14
Berat Lokasi 2 0 1 0 0 0 1 Baik
Lokasi 3 2 2 2 1 1 8
Sedang Lokasi 4 1 1 1 1 0 4 Ringan Lokasi 5 2 2 3 3 1 11 Sedang
Keterangan :
Keterangan :
T : Topografi
L : lahan / tanah
V :
vegetasi / tutupan tanaman
A : air U : udara Dari
tabel 5.10 dapat dilihat kondisi lingkungan di masing-masing lokasi penambangan
feldspar. Secara keseluruhan dari 5 lokasi penambangan yang dijadikan sampel
penelitian, I lokasi kondisi lingkungan masuk dalam katagori rusak berat, 2
lokasi masuk katagori rusak sedang, 1 lokasi masuk katagori ringan dan 1 lokasi
masih dalam keadaan baik.
Lokasi
1 jumlah skor total adalah 14 sehingga masuk dalam katagori berat. Kondisi
lingkungan yang ada di lokasi ini menunjukkan dari 5 variabel yang dijadikan
sebagai parameter, semua menunjukkan bahwa kegiatan penambangan feldspar
berpengaruh kuat terhadap masing-masing variabel yang ada. Topografi
menunjukkan perubahan yang signifikan. Dari keseluruhan luas area 4 ha, luas
daerah galian adalah 3,75 ha dengan tinggi/ dinding galian berkisar antara
25-85 meter. Kondisi tanah secara umum buruk dengan jenis tanah adalah kerikil
berpasir, tidak ada aktivitas pengembalian tutupan lahan baik yang dilakukan
oleh manusia maupun jasad renik. Vegetasi terbatas dengan presentase tutupan
lahan adalah 6,25% atau seluar 0,25 ha dengan vegetasi berupa semak belukar dan
rumputrumputan. Tanaman keras hanya ada di sekeliling lokasi sebagai tanggul
alam berupa Pohon Flamboyan, Pohon Jati, Pohon Bambu, dan Pohon Kelapa.
Ketersediaan air tidak ada. Kondisi udara secara umum masuk dalam rentang tidak
sehat. Udara bersifat merugikan manusia ataupun kelompok hewan yang sensitive
atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika. Namun
dilokasi ini sudah ada penyerap polusi berupa pepohonan di tanggul alam yang
mengitari lokasi penambangan. Debu dari penambangan ini mempengaruhi makhluk
hidup di lokasi penambangan, tapi tidak memberikan dampak bagi masyarakat
perkampungan.
Lokasi
2 jumlah skor total adalah 1 sehingga masuk dalam katagori baik. Kondisi
lingkungan stabil dan tidak ada kerusakan lingkungan yang terjadi. Dari 5
variabel yang dijadikan sebagai parameter, semua menunjukkan bahwa kegiatan
penambangan feldspar tidak memberikan berpengaruh terhadap masing-masing
variabel yang ada. Topografi
10
menunjukkan
perubahan, namun tidak terlalu signifikan. Luas galian 1 ha atau 10% dari
keseluruhan lahan area penambangan dengan tinggi galian berkisar antara 30-50
meter. Kondisi tanah secara umum masih baik mengingat area yang digunakan untuk
produksi saat ini hanya 10% dari luas area dengan jenis tanah yang ada adalah
lempung, tanah padas coklat dan tanah marginal. Ada aktivitas pengembalian
tutupan lahan baik yang dilakukan oleh manusia (dengan menanami tanaman
perintis) maupun alami (jasad renik, tumbuhnya tanaman alang-alang).Vegetasi
subur, tutupan lahan saat ini adalah sebesar 90% atau seluar 9 ha dari seluruh
area penambangan dengan vegetasi berupa tanaman keras, semak belukar, tanaman
pangan dan rumput-rumputan. Tanaman keras yang ada berupa Pohon Sono, Pohon
Joar, Pohon Akasia, Pohon Sengon Laut, Pohon Mahoni, Pohon Beringin, Pohon
Flamboyan, dan Pohon Jati. hanya ada di
sekeliling lokasi sebagai tanggul alam. Ketersediaan air berupa mata air di 3
titik yang saling berdekatan. Debit mata air tidak bisa dihitung karena mata
air berupa waduk kecil(penduduk setempat menyebutnya belik: jawa ) yang tidak
mengalir. Penduduk setempat mengambil air dengan dialirkan melalui selang. Saat
penelitian Ada 5 selang yang bersumber dari mata air ini. Oleh penduduk
setempat (dusun Tempel), air ini dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan rumah
tangga.. Kondisi udara secara umum masuk dalam rentang baik. Udara di lokasi
ini tidak memberikan efek bagi manusia
ataupun kelompok hewan yang sensitive dan tidak berpengaruh pada tumbuhan,
bangunan ataupun nilai estetika. Di lokasi ini sudah ada penyerap polusi berupa
pepohonan di sekitar lokasi penambangan dan juga pepohonan di tanggul alam yang
mengitari lokasi penambangan. Debu dari penambangan ini bisa dilihat di lokasi
penambangan, tapi tidak memberikan dampak bagi masyarakat perkampungan.
Lokasi
3 jumlah skor total adalah 8 sehingga masuk dalam katagori sedang. Kondisi
lingkungan kurang stabil dan kerusakan lingkungan yang terjadi masuk dalam
katagori sedang. Dari 5 variabel yang dijadikan sebagai parameter, semua
menunjukkan bahwa kegiatan penambangan feldspar memberikan berpengaruh terhadap
masing-masing variabel yang ada. Topografi menunjukkan perubahan lumayan
signifikan. Luas galian adalah 1,5 ha atau 50% dari keseluruhan area
pertambangan dengan tinggi/ dinding galian berkisar antara 30-75 meter. Kondisi
tanah secara umum kurang baik dengan jenis tanah kerikil berpasir, namun tanah
yang ada masih bisa dimanfaatkan masyarakat setempat dengan tingkat
produktivitas yang tidak terlalu tinggi. Ada aktivitas pengembalian tanah yang
dilakukan oleh alam (tumbuhnya tanaman perintis dan alang-alang).vegetasi
kurang produktif. presentase tutupan lahan saat ini adalah sebesar 50% atau
seluas 1,5 ha dari seluruh area penambangan dengan vegetasi berupa tanaman
keras, semak belukar, tanaman pangan dan rumputrumputan. Tanaman keras yang ada
berupa pohon Akasia, pohon Jati dan bambu. Tanaman pangan berupa singkong, padi
gogo, pisang dan kacang-kacangan. Ketersediaan air berupa genangan di lokasi
pertambangan sebelah sisi selatan-tenggara. Keberadaan genangan yang cukup
lebar ini oleh masyarakat setempat dimanfaatkan sebagai kolam ikan darurat. Air
dilokasi ini kurang jernih dan berwarna putih kecoklatan akibat larutnya batuan
gamping dan feldspar di lokasi pertambangan. dan kondisi udara secara umum
masuk dalam rentang sedang. Udara di lokasi ini tidak berpengaruh pada
kesehatan manusia ataupun kelompok hewan
tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitive nilai estetika. Dilokasi ini
sudah ada penyerap polusi berupa pepohonan di sekitar lokasi penambangan dan
juga pepohonan di tanggul alam yang mengitari lokasi penambangan. Debu dari
penambangan ini bisa dilihat di lokasi penambangan, tapi tidak memberikan
dampak bagi masyarakat perkampungan.
Lokasi
4 jumlah skor total adalah 4 sehingga masuk dalam katagori ringan. Kondisi
lingkungan cukup stabil dan ada kerusakan lingkungan yang terjadi akibat
penambangan. Dari 5 variabel yang dijadikan sebagai parameter, semua
menunjukkan bahwa kegiatan penambangan feldspar memberikan pengaruh terhadap
masing-masing variabel yang ada walau tidak terlalu signifikan. Topografi
menunjukkan perubahan, namun tidak terlalu
11
signifikan. Luas
galian adalah 1 ha atau 20% dengan tinggi/ dinding galian berkisar antara 15-30
meter kondisi tanah khusunya di titik produksi mengalami perubahan tapi tidak
terlalu memburuk. Kondisi tanah secara umum baik dengan jenis tanah yang ada
adalah kerikil berpasir dan tanah lempung Produktivitas tanah masih bagus, vegetasi
subur, tanah yang ada dimanfaatkan masyarakat setempat untuk bercocok tanam
dengan tingkat produktivitas yang tidak terlalu tinggi. Ada aktivitas
pengembalian tanah yang dilakukan oleh alam (tumbuhnya tanaman perintis, rumput
dan alang-alang). Presentase tutupan lahan saat ini adalah sebesar 80% atau
seluar 4 ha dari seluruh area penambangan dengan vegetasi berupa tanaman keras,
semak belukar, tanaman pangan dan rumput-rumputan. Tanaman keras yang ada
berupa pohon Akasia, pohon kelapa, pohon Abasia, pohon Pinus dan bambu. Tanaman
pangan berupa singkong, pisang dan kacang-kacangan.Ketersediaan air berupa mata
air di lokasi pertambangan sebelah sisi timur dan tenggara. Masyarakat setempat
memanfaatkan mata air tersebut sebagai sumber irigasi untuk tanaman diladang,
misalnya tanaman cabe, tomat dan kacang-kacangan. Air dilokasi ini agak jernih
dan berwarna agak putih akibat larutnya batuan gamping dan feldspar di lokasi
pertambangan. sumber air masih ada dan kondisi udara secara umum masuk dalam
rentang baik. Udara di lokasi ini tidak memberikan efek bagi manusia ataupun kelompok hewan yang sensitive
dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika. Dilokasi
ini sudah ada penyerap polusi berupa pepohonan di sekitar lokasi penambangan
dan juga pepohonan di tanggul alam yang mengitari lokasi penambangan. Debu dari
penambangan ini bisa dilihat di lokasi penambangan, tapi tidak memberikan
dampak bagi masyarakat perkampungan.
Lokasi
5 jumlah skor total adalah 11 sehingga masuk dalam katagori sedang. Kondisi
lingkungan kurang stabil dan kerusakan lingkungan yang terjadi masuk dalam
katagori sedang. Dari 5 variabel yang dijadikan sebagai parameter, semua
menunjukkan bahwa kegiatan penambangan feldspar memberikan berpengaruh terhadap
masing-masing variabel yang ada. Topografi menunjukkan perubahan signifikan,
luas galian adalah 2 ha dengan tinggi/ dinding galian berkisar antara 15-45
meter dari dasar/kaki gunung pertambangan (area tambang yang digunakan sebagai
lokasi tambang). Kondisi tanah secara umum kurang baik dengan jenis tanah yang
ada adalah kerikil berpasir, namun tanah yang ada masih bisa dimanfaatkan
masyarakat setempat walau dengan tingkat produktivitas yang rendah . Ada
aktivitas pengembalian alami., vegetasi kurang produktif, 5 presentase tutupan lahan saat ini adalah
sebesar 16,67% atau seluar 0,4 ha dari seluruh area penambangan dengan vegetasi
berupa tanaman keras (Pohon Jati), semak belukar, tanaman pangan dan
rumput-rumputan. Tanaman pangan berupa singkong dan pisang. Sumber air tidak
ada, dan kondisi udara secara umum masuk dalam rentang sedang. Udara di lokasi
ini tidak berpengaruh pada kesehatan
manusia ataupun kelompok hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang
sensitive nilai estetika. Dilokasi ini sudah ada penyerap polusi berupa
pepohonan di sekitar lokasi penambangan dan juga pepohonan di tanggul alam yang
mengitari lokasi penambangan. Debu dari penambangan ini bisa dilihat di lokasi
penambangan, tapi tidak memberikan dampak bagi masyarakat perkampungan.
Perhitungan Dugaan Besarnya Erosi
Perhitungan
dugaan erosi di lokasi penambangan pasir dengan menggunakan Rumus USLE
yaitu:
A = R x K x Lx S x C
x P Luas keseluruhan
penambangan feldspar baik yang tergali maupun yang tidak tergali adalah
seluas 24,4 Ha. Perhitungan masing-masing faktor dari lokasi penambangan bisa
dilihat di tabel berikut
Tabel
11: nilai masing-masing faktor dugaan erosi
12
Lokasi R K LS C P A
Lokasi 1 29182,99 0,547
4,377 75,6 0,15 177482,171 Lokasi 2 29182,99 0,719 6,993 80,4 0,5 1321284,31 Lokasi 3
29182,99 0,369
6,023 16,1 0,35 81867,3918 Lokasi 4 29182,99 0,351 6,991 66 0,35 370540,944 Lokasi 5
29182,99 0,253
8,064 60,8 0,35 283805,278
dugaan
terjadinya erosi di lokasi penambangan feldspar dicari dengan 2 tahap yakni
menentukan erosi yang diperbolehkan lalu menentukan Tingkat bahaya erosi di
lima lokasi yaitu:
Dari penghitungan
diatas Tingkat bahaya erosi tersaji dalam tabel berikut Tabel 12 Tingkat
bahaya Erosi dari masing-masing lokasi
Unit lahan A EDP TBE
Kriteria Lokasi 1 177482,171 7,5 23664,289 Sangat tinggi
Lokasi 2 1321284,31
18 73404,684 Sangat tinggi Lokasi 3 81867,3918 8,7 9410,045 Sangat tinggi
Lokasi 4 370540,944
8,1 45745,796 Sangat tinggi Lokasi 5 283805,278 7,2 39417,400 Sangat tinggi
Sumber : hasil
Penelitian Juli 2012
Dari
tabel 12 dapat dilihat tingkat erosi di masing-masing lokasi penambangan
feldspar berbeda. Secara keseluruhan dari 5 lokasi penambangan yang dijadikan
sampel penelitian, semua masuk dalam kriteria erosi sangat tinggi. Lokasi 1
memiliki tingkat erosi sangat tinggi dengan TBE (Total dugaan erosi yang
terjadi/ total erosi yang diperbolehkan) dengan nilai 23664,289. Lokasi 2
memiliki tingkat erosi dengan kriteria erosi sangat tinggi dengan TBE (Total
dugaan erosi yang terjadi/ total erosi yang diperbolehkan) dengan nilai
73404,684. Lokasi 3 memiliki tingkat erosi dengan kriteria erosi sangat tinggi
dengan TBE (Total dugaan erosi yang terjadi/ total erosi yang diperbolehkan)
dengan nilai 9410,045. Lokasi 4 memiliki tingkat erosi dengan kriteria erosi
sangat tinggi dengan PBE (Total dugaan erosi yang terjadi/ total erosi yang
diperbolehkan) dengan nilai 45745,796.dan lokasi terakhir yaitu lokasi 5
memiliki tingkat erosi sangat tinggi dengan TBE (Total dugaan erosi yang
terjadi/ total erosi yang diperbolehkan) dengan nilai 39417,400 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan
hasil dan pembahasan tentang aktivitas penambangan dan kondisi lingkungan
penambangan feldspar di kecamatan Karangan dan kecamatan Suruh Kabupaten
Trenggalek maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Aktivitas
pertambangan feldspar di Kecamatan Karangan dan Kecamatan Suruh Kabupaten
Trenggalek berada di lokasi perbukitan yang tidak jauh dari pemukiman
masyarakat dan memiliki tanggul alam berupa pepohonan.
2. Penggunaan
lahan di lokasi penelitian sebelum penambangan mayoritas adalah tegalan, semak
belukar dan hutan negara.
3. Intensitas
penambangan dan pekerja lapangan penambangan feldspar di kecamatan Karangan
lebih besar daripada di kecamatan Suruh.
Erosi yang
diperbolehkan Rumus EDP
EDP = kedalaman tanah
equivalen Umur kelestarian tanah = kedalaman tanah efektif x faktor
kedalaman Umur kelestarian tanah
Tingkat Bahaya Erosi Rumus umum TBE adalah
Tingkat Bahaya Erosi Rumus umum TBE adalah
TBE = A
EDP
13
4. Aktivitas
pertambangan feldspar di Kecamatan Karangan dan Kecamatan Suruh Kabupaten
Trenggalek sudah dikelola oleh badan usaha (pengelola), namun terkait
administrasi pengelolaan penambangan feldspar belum tertib.
5. Dampak
penambangan feldspar terhadap kondisi lingkungan di kecamatan Karangan dan
kecamatan Suruh kabupaten Trenggalek signifikan. Semakin besar intensitas
penambangan feldspar, kondisi lingkungan semakin buruk.
Saran Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan untuk perbaikan ke
depan, penulis
menyarankan beberapa hal yakni sebagai berikut : 1. Bagi
masyarakat yang bekerja sebagai pekerja lapangan maupun pihak pengelola
disarankan agar
melakukan pengendalian lingkungan dengan melakukan pengembalian tanah,
pemanfaatan bekas lahan, dan reboisasi.
2. Adanya
dampak fisik berupa perubahan kondisi lingkungan yang memburuk harus segera
ditanggapi secara terpadu di bawah tanggungjawab Dinas Lingkungan Hidup
sehingga lahan segera kembali pulih sesuai dengan peruntukannya. Pemerintah
setempat harus secara tegas menerapkan kebijakan kewajiban mereklamasi lahan
pada pengelola tambang yang bertanggung jawab penuh terhadap aktivitas
pertambangan.
3. Kegiatan
penambangan tidak perlu ditutup, namun perlu dilakukan pengelolaan lingkungan
melalui kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan
yang melibatkan masyarakat setempat secara utuh dan nyata sehingga benarbenar
terwujud pemberdayaan masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan.
4. Perlu
adanya studi lanjutan terkait penambangan feldspar dan pengaruhnya terhadap
kondisi lingkungan, mengingat penelitian ini hanya mengambil sampel di dua
kecamatan di Kabupaten Trenggalek padahal masih banyak penambangan feldspar
yang ada di Indonesia.
Daftar Rujukan
Abdurrahman,M. 1998. Geografi
: Perilaku Suatu Pengantar Studi Tentang Persepsi Lingkungan.
Jakarta : Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Kependidikan
Ardha, N.,Jafril.
1995. Bahan Galian Industri Feldspar. Bandung : Direktorat Jenderal
Pertambangan Umum, PTTM.
Arikunto, s. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek. Jakarta : PT Rineka Cipta.
As’a d. 2005. Pengelolaan
Lingkungan pada penambangan Rakyat (Studi kasus penambangan Intan Rakyat di
kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru Propinsi Kalimantan Selatan). Tesis tidak
diterbitkan. Malang : FMIPA Universitas Negeri Malang.
BPS Kabupaten
Trenggalek. 2010. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Trenggalek 2005-2009.
Trenggalek : BPS Trenggalek.
BPS Kabupaten
Trenggalek. 2010. Kabupaten Trenggalek dalam Angka. Trenggalek : BPS
Trenggalek.
BPS Kabupaten
Trenggalek. 2010. Kecamatan Karangan dalam Angka. Trenggalek : BPS
Trenggalek.
BPS Kabupaten
Trenggalek. 2010. Kecamatan Suruh dalam Angka. Trenggalek : BPS
Trenggalek.
BPS Kabupaten
Trenggalek. 2010. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek
Menurut Lapangan Usaha 2005-2009. Trenggalek : BPS Trenggalek.
Ciptaningrum,
R.R.T,. 2006. Sikap dan Perilaku Masyarakat Penambang Batu Apung dalam
Pelestarian Lingkungan di Kelurahan Ijo Balut Kecamatan Labuhan Haji Kabupaten
Lombok Timur. Skripsi tidak dipublikasikan. Malang : FMIPA UM
14
Handayani, Astuti.
2011. Dampak Penambangan Bahan Galian Golongan C terhadap Tingkat Kerusakan
Lingkungan dan Sosial Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Aikmel dan Kecamatan
Pringgasela Kabupaten Lombok Timur. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Malang: FIS
UM
Handayani,Y,T. 2005. Studi
Kondisi Daerah dan Sosial Ekonomi Masyarakat Penambang Pasir Batu Sungai di
Desa Lempeni Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang. Skripsi. Tidak
dipublikasikan. Malang: FMIPA UM .
Hartman, L. 1986. Introductory
To Mining Engineering. New York : John Willey and Son. Hardjowigeno,
Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta : Mediyatama Sarana Perkasa
Hasibunan, Puspa Melati. 2006. Dampak Penambangan Bahan Galian Golongan C
Terhadap Lingkungan
Sekitarnya Di Kabupaten Deli Serdang. Jurnal Equality : Vol 11
No 1 Februari 2006.
rdKerr,
P.F. 1995. Optical Mineralogy, 3 Edition. New York : Mc Graw-Hill Book
Kristanto, Philip. 2002. Ekologi Industri. Yogyakarta : Penerbit Andi
Laughnan, F.C. 1969. Chemical Weahtering Of The Silicate Minerals. New
York : Amer.
Elsevier.
Comp., Inc. Madiadipuro, T. 1990. Bahan Galian Industri. No 36. ISSN:
0216-0765. Bandung :
Direktorat
SBM. Muhammad, H. 1996. Peranan Bahan Galian dalam meningkatkan Pembangunan
Daerah.
Jurnal
Pertambangan dan energy. No 2/XX/1996 Najib. Kajian Kelayakan Kegiatan
Pertambangan Bahan Galian Golongan C di Kecamatan
Cepogo Kabupaten
Boyolali. Jurnal Teknik-Vol 30 No 2 Tahun 2009, ISSN 08521697.
Nuryanto, 1992. Industri
Pemurnian Feldspar : Harapan Masa Depan Industri Keramik. Bandung : Warta
Bahan Galian Industri No. 04/2. PPTM.
Pratiwi, Ika Budi.
2005. Peningkatan Kadar Kalium (K) pada Feldspar dengan Metode pertukaran
ion Sistem Kolom. Skripsi tidak dipublikasikan Semarang: Universitas
Dipeonegoro
Risyanto. 2001. Identifikasi
Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Bahan Galian Golongan C di Kecamatan
Paciran Kabupaten Lamongan dan Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik Propinsi Jawa
Timur. Yogyakarta: Prosiding hasil-hasil penelitian Fakultas Geografi UGM.
Setyabudi, Ulang.
2006. Pemerintah Kabupaten Trenggalek Jawa Timur Potensi Sumber Daya Mineral
Untuk Kesejahteraan Masyarakat, Trenggalek: Dinas Lingkungan Hidup Dan
Energi Kabupaten Trenggalek.
Soemarwoto,
Otto,1996. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Standar Nasional Indonesia, 1984. Feldspar Untuk Pembuatan Badan
Keramik Halus,
Departemen
Perindustrian: SNI 1145-1984. Sukandarummundi. 1999. Bahan Galian Industri.
Yogyakarta: UGM Press Suratmo,F,Gunawan. 2004. Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah
Mada
University. Syaripudin, Aep. 1998. Pengurangan Besi Oksida Dalam Mineral
Feldspar Dengan Metode
Flotasi.
Skripsi Tidak Dipublikasikan. Semarang : Fakultas Mipa Undip. Tan, K.H. 1991. Dasar-
Dasar Kimia Tanah. Yogyakarta: UGM Press. Tim Sintesis Kebijakan. 2008.
Strategi Penanggulangan Pencemaran Lahan Pertanian Dan
Kerusakan
Lingkungan. Jurnal: Pengembangan Inovesi Pertanian 1 (2), 2008: 125-128.
Utomo, Dwiyono Hari. 2009. Meteorologi- Klimatologi dalam Studi Geografi.
Diktat kuliah.
Malang
: FMIPA UM Wardhana, Wisnu Arya. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan.Yogyakarta
: Andi
15
Welcher, F.J. 1975. Standart
Methods Of Chemical Analysis, 6 Th
Edition. New York : Robert E. Krieger Publishing Co.,Inc.
Yudhistira.
2008. Kajian Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Kegiatan Penambangan Pasir
Di Daerah Kawasan Gunung Merapi (Studi Kasus Di Desa Keningar Kecamatan Dukun
Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah). Tesis. Tidak Dipublikasikan.
Semarang : Universitas Diponegoro.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar