Rabu, 15 Mei 2013

Jurnal Skripsi


KONDISI LINGKUNGAN PENAMBANGAN FELDSPAR  DI KECAMATAN KARANGAN DAN KECAMATAN SURUH 
KABUPATEN TRENGGALEK  
Nikmatul Istikhomah, Ach. Amirudin, Ardyanto Tanjung UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Email : niqys.stivkona@gmail.com  
Abstrak : Pertambangan feldspar merupakan salah satu pertambangan yang cukup melimpah di Trenggalek. Keterbatasan informasi tentang feldspar  dan kondisi kerusakan lingkungan akibat aktivitas pertambangan khususnya penambangan feldspar merupakan kendala bagi pemerintah dan masyarakat setempat untuk melakukan upaya antisipasi degradasi lingkungan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana kondisi lingkungan pertambangan feldspar dan seberapa besar kerusakan yang telah terjadi sehingga kerusakan yang ditimbulkan dapat diminimalkan. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengidentifikasi aktivitas penambangan feldspar di Kecamatan Karangan dan Kecamatan Suruh Kabupaten Trenggalek serta mengetahui dampak penambangan feldspar terhadap kondisi lingkungan di Kecamatan Karangan dan Kecamatan Suruh Kabupaten Trenggalek.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian diskriptif kuantitatif dengan metode survei. Data penelitian berupa data primer dan sekunder yang diambil dari 5 sampel lokasi penelitian. Data primer meliputi (1) aktivitas penambangan meliputi intensitas penambangan, pelaku penambang dan cara penambangan.(2) kondisi lingkungan meliputi topografi, tanah, vegetasi, ketersediaan air serta kualitas udara. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik  observasi, dokumentasi dan pengukuran. Pengolahan data aktivitas penambangan dan pengolahan data kondisi lingkungan yang selanjutnya dilakukan analisis data dengan menggunakan analisis diskriptif untuk aktivitas penambangan dan pengharkatan (scoring) untuk mengetahui kondisi lingkungan serta rumus USLE untuk menentukan tingkat erosi.
Berdasarkan pembahasan diperoleh lima kesimpulan yaitu : (1) aktivitas pertambangan feldspar di Kecamatan Karangan dan Kecamatan Suruh Kabupaten Trenggalek berada di lokasi perbukitan yang tidak jauh dari pemukiman masyarakat dan memiliki tanggul alam berupa pepohonan, (2) penggunaan lahan di lokasi penelitian sebelum penambangan mayoritas adalah tegalan, semak belukar dan hutan negara, (3) intensitas penambangan dan pekerja lapangan penambangan feldspar di Kecamatan Karangan lebih besar daripada di Kecamatan Suruh, (4) aktivitas pertambangan feldspar di Kecamatan Karangan dan Kecamatan Suruh Kabupaten Trenggalek sudah dikelola oleh badan usaha (pengelola), namun terkait administrasi pengelolaan penambangan feldspar belum tertib, (5) dampak penambangan feldspar terhadap kondisi lingkungan di Kecamatan Karangan dan Kecamatan Suruh Kabupaten Trenggalek signifikan. Semakin besar intensitas penambangan feldspar, kondisi lingkungan semakin buruk. Saran yang diberikan penulis sebagai berikut, (1) masyarakat dan pihak pengelola disarankan melakukan pengendalian lingkungan dengan melakukan pengembalian tanah, pemanfaatan bekas lahan, dan reboisasi, (2) perubahan kondisi lingkungan yang memburuk harus segera ditanggapi secara terpadu dibawah tanggungjawab Dinas Lingkungan Hidup, (3) kegiatan penambangan tidak perlu ditutup, namun perlu dilakukan pengelolaan lingkungan,(4) perlu adanya studi lanjutan terkait penambangan feldspar dan pengaruhnya terhadap kondisi lingkungan.  Kata Kunci : Kondisi lingkungan, feldspar,erosi, Karangan, Suruh, Trenggalek. 
 1


2 
PENDAHULUAN Kegiatan pembangunan di tanah air melibatkan seluruh sektor, diantaranya adalah
sektor industri dan pertambangan. Mineral dan pertambangan batu bara khususnya komoditas tambang batuan dan batuan non logam mempunyai peran penting dan strategis dalam pembangunan perekonomian, baik dalam skala daerah maupun dalam skala nasional, khususnya dalam menyokong kelangsungan sektor industri dan infrastruktur. Di sisi lain, kebutuhan akan komoditas tambang untuk konstruksi dan industri, seperti komoditas tambang batuan, semakin meningkat seiring dengan semakin berkembangnya pembangunan berbagai sarana maupun prasarana fisik, seperti jalan, jembatan, gedung perkantoran, perumahan, serta berbagai industri yang memerlukan bahan galian sebagai bahan baku ataupun bahan campuran untuk produknya. Tingginya permintaan akan bahan galian tersebut akan memacu kegiatan pertambangan. Komoditas tambang ini dapat menjadi sumber mata pencaharian bagi masyarakat melalui proses pengambilannya, dapat pula melalui proses pembuatan atau produksi dalam industri manufaktur, dan juga dalam proses pengangkutan atau transportasi barang tambang terutama masyarakat kecil yang berpenghasilan rendah. 
Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang memiliki kontroversi. Di satu sisi  memiliki potensi besar dalam membuka peluang kerja namun di sisi lain jika tidak diimbangi dengan konservasi alam dan pengelolaan lingkungan yang baik dapat menimbulkan berbagai perubahan lingkungan yang mengancam kelestarian lingkungan. Potensi positif  dari industri pertambangan yang ada sering kali belum mampu menutupi potensi negatifnya. Hal ini dikarenakan potensi industri pertambangan terkadang belum mendapat perhatian ekstra terutama dalam masalah manajemen pengelolaan pertambangan dan pasca pertambangan.
Perubahan kondisi lingkungan yang mengarah pada kerusakan lingkungan karena eksploitasi lahan untuk kawasan pertambangan juga terjadi di Trenggalek. Jumlah penduduk yang terus meningkat dalam kondisi ekonomi yang rendah mengakibatkan masyarakat mengubah lahan pertanian dan lahan hijau menjadi area pertambangan bahan galia. Alih fungsi lahan dan kerusakan lingkungan terjadi di beberapa kecamatan di kabupaten Trenggalek, diantaranya kecamatan Karangan dan kecamatan Suruh. Kabupaten Trenggalek merupakan wilayah yang memiliki potensi komoditas tambang yang besar, baik mineral radioaktif, mineral logam, mineral bukan logam, batuan maupun batubara. Komoditas tambang yang ada di Trenggalek di antaranya mangan, bruintal, alumunium, kaolin/tawas, gypsum, asbes, tanah merah, traso, marmer, batu tupa gamping dan lain-lain. Adapun komoditas tambang yang telah dimanfaatkan sebagai pertambangan produktif dan ditambang secara professional (manajemen yang bagus) adalah andesit/diorite, pasir, kalsit, batu gamping, feldspar dan tanah liat. 
Kecamatan Karangan dan kecamatan Suruh merupakan kecamatan yang berada di tenggara Kabupaten Trenggalek yang dilewati oleh jalur Gunung Kidul. Sebagian besar Gunung Kidul  yang membentang di selatan pulau Jawa merupakan pengangkatan pantai selatan, hal inilah yang menyebabkan kawasan selatan Trenggalek kaya akan barang tambang. (RTRW Trenggalek tahun 2010). Kecamatan Karangan yang terdiri dari 12 desa, memiliki potensi tambang yang cukup melimpah. Di daerah ini terdapat beberapa lokasi yang merupakan area Penambangan bahan tambang diantaranya bahan galian feldspar, marmer, kalsit, andesit, diorite dan lainnya. Di kecamatan Karangan lokasi pertambangan feldspar terdapat di desa Jati yakni berlokasi di Gunung Sapu dan Gunung Jabung. Selain kedua lokasi tersebut penambangan gamping dan feldspar juga terdapat di kecamatan Suruh yakni di desa Mlinjon. Lokasi pertambangan terdapat di Gunung Slimer, Gunung Banjiran, Gunung Konang dan juga Puthuk Basar. 
Penambangan feldspar yang dilakukan di kecamatan Karangan dan Suruh mayoritas memperoleh ijin pertambangan dari Dinas Koperasi, Industri, Perdagangan, Pertambangan


3 
dan Energi Kabupaten  Trenggalek. Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti,  aparat setempat (tingkat desa dan kecamatan) belum merasakan pengaruh positif besar dari keberadaan tambang di daerahnya tersebut. Pajak penambangan dan bagi hasil pihak pengelola pertambangan langsung masuk di kas kabupaten. Fakta di lapangan menunjukkan masyarakat yang terlibat di pertambangan pun tidak terlalu banyak. 
Keterbatasan informasi tentang feldspar dan kondisi kerusakan lingkungan akibat aktivitas pertambangan khususnya penambangan feldspar tersebut merupakan kendala bagi pemerintah dan masyarakat setempat untuk melakukan upaya antisipasi degradasi lingkungan.  Kendala tersebut antara lain kesulitan dalam perencanaan dan penataan wilayah kekuasaan pertambangan, semakin meluasnya penambangan bahan galian tanpa izin dari pemerintah yang merusak lingkungan serta belum adanya upaya pencegahan terhadap masalah kerusakan lingkungan yang ada serta masalah-masalah tak terduga, diantaranya longsor tebing bukit batu, pencemaran ataupun masalah lain. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana kondisi lingkungan pertambangan feldspar dan seberapa besar kerusakan yang telah terjadi sehingga kerusakan yang ditimbulkan dapat diminimalkan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana kondisi lingkungan pertambangan feldspar dan seberapa besar kerusakan yang telah terjadi sehingga kerusakan yang ditimbulkan dapat diminimalkan. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian yang berjudul Kondisi Lingkungan Penambangan Feldspar Di Kecamatan Karangan dan Kecamatan Suruh Kabupaten Trenggalek. 
 METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan untuk penelitian yang berjudul kondisi lingkungan penambangan feldspar di Kecamatan Karangan dan Kecamatan Suruh Kabupaten Trenggalek adalah penelitian diskriptif kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survei, artinya penelitian ini berupaya untuk mengumpulkan sejumlah besar data secara bersamaan sebagai landasan dalam penyajian sesuai dengan maksud dan tujuan. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung di lapangan dengan cara pengamatan dan pengukuran untuk memperoleh data tingkat kondisi lingkungan akibat pertambangan.  Data sekunder dikumpulkan dengan teknik dokumentasi. Data sekunder yang dikumpulkan adalah data intensitas penambangan yang diperoleh dari para pekerja serta kondisi geografis, serta peta-peta yang diperoleh dari kantor BAPPEDA dan kantor dinas lainnya.
 Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juli tahun 2012 dengan lokasi penelitian di Kabupaten Trenggalek dengan mengambil lokasi di 2 kecamatan yakni di Gunung Sapu dan Gunung Jabung di desa Jati Kecamatan Karangan dan Gunung Slimer, Gunung Banjiran, Puthuk Basar di Kecamatan Suruh. Berikut tabel lokasi sampel penelitian : 

Tabel 1 : sampel penelitian No Desa Pengambilan sampel Nama daerah Luas area tambang
1 Jati Lokasi 1 Gunung Sapu 4 ha 2 Lokasi 2 Gunung Jabung 10 ha 3 Mlinjon Lokasi 3 Gunung Slimer 3 ha 4 Lokasi 4 Gunung Banjiran 5 ha 5 Lokasi 5 Puthuk Basar 2,4 ha
Tahap pengolahan data meliputi pemeriksaan data, pengolahan data aktivitas penambangan, dan pengolahan data kondisi lingkungan. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk data aktivitas pertambangan.Data aktivitas pertambangan yang telah diperoleh diolah dan diklasifikasi,  meliputi intensitas penambangan, penggunaan lahan dan


4 
pelaku penambangan (pengelola dan pekerja lapangan). Untuk teknik penambangan menggunakan ceklist berdasarkan parameter yang telah ditetapkan oleh Hartman.
Penilaian tingkat kondisi lingkungan dilakukan dengan cara pengharkatan (scoring) dari masing-masing faktor lingkungan / parameter yang digunakan antara lain : topografi, tanah, vegetasi, ketersediaan air dan kualitas udara Penentuan   tingkat kondisi lingkungan berpedoman pada penelitian yang dilakukan Risyanto dan telah dimodifikasi oleh peneliti dimana penentuan tingkat kerusakan lingkungan dilakukan dengan cara menjumlahkan skor tertinggi dari jumlah keseluruhan subvariabel yaitu 5x3 = 15. Jumlah skor terendah yaitu 5x0 = 0 selisih antara skor tertinggi dan skor terendah yaitu 24. Jumlah kelas kondisi lingkungan adalah 4, maka selisih range antarkelas adalah 15/4  = 3,75. Selanjutnya ditentukan kondisi lingkungan (tingkat kerusakan lingkungan) secara kumulatif yaitu sebagai berikut :

Tabel 2  Skoring Tingkat Kerusakan Lingkungan tingkat kerusakan lingkungan Jumlah skor
Berat 11,26-15 Sedang 7,51-11,25
Ringan 3,76-7,5 Baik  0-3,75
Sumber : Risyanto dengan modifikasi
Salah satu indikator kerusakan lingkungan adalah erosi. Dalam penelitian ini erosi yang terjadi di daerah penambangan feldspar dihitung dengan menggunakan rumus USLE.
E= RLKSCP Dimana :
E = rata – rata erosi tanah tahunan (ton/ha);   R = Indek erosivitas hujan ;  K= Faktor erodibilitas tanah, yaitu kecepatan erosi per indeks erosi hujan suatu tanah  L = Faktor panjang lereng untuk menghitung erosi (lahan yang sudah terbuka akibat penambangan dibandingkan dengan lahan yang masih tertutup) S= Faktor kemiringan lereng yaitu perbandingan antara besarnya erosi yang terjadi pada suatu bidang tanah dengan kecuraman tertentu.
 Adapun penentuan katagori hasil perhitungan tingkat bahaya erosi pada satuan unit lahan dapat ditentukan berdasarkan klasifikasi pada tabel berikut :

Tabel 3. Klasifikasi Laju Erosi   No Laju Erosi(ton/ha/tahun) Kategori
1 <15 -4="" 15="" 180="" 2="" 3="" 4="" 60="" 61="" 80="" erosi="" moderat="" normal="" ringan="" span="">  Berat/tinggi 5 480 keatas Sangat berat/sangat tinggi
Sumber : Keputusan Ditjen Reboisasi Dan Rehabilitas Departemen kehutanan No.041/Kpts/V/1998
 HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini mengidentifikasi aktivitas penambangan feldspar di Kecamatan Karangan dan Kecamatan Suruh Kabupaten Trenggalek serta mengetahui dampak penambangan feldspar terhadap kondisi lingkungan. Secara singkat hasil dan pembahasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut
 Kondisi aktivitas pertambangan feldspar
Kondisi aktivitas pertambangan feldspar yang terjadi di lokasi penelitian bisa dilihat dalam tabel sebagai berikut : 
 Tabel 4. Intensitas penambangan feldspar  dan lama penambangan di 5 lokasi penelitian


5 

Lokasi Nama tempat Luas Jumlah pengambilan/hari
Berat /truk Awal penambangan         perijinan resmi            

Lokasi 1 Gunung Sapu 4 ha 50-70 truk 8-10 ton/ret 1996 1998 Lokasi 2 Gunung Jabung 10 ha 6-7 truk 8-9 ton/ret 2004 2006 Lokasi 3 Gunung Slimer 3 ha 2 truk 7-8 ton/ ret 1985 1990 Lokasi 4 Gunung Banjiran 5 ha 3-4 truk (Bulan) 9-10 ton/ret 1982 1985 Lokasi 5 Puthuk Bashar 2,4 ha 16-20 truk 5-7 ton/ret 1982 1983
Keterangan 1truk = 1 ret Sumber : hasil penelitian, Juni 2012
 Tabel 5. Cara penambangan feldspar di 5 lokasi penelitian
Lokasi Teknik Penambangan Teknologi penambangan Peralatan Lokasi 1 Open pit/open case Modern Mesin bego, dril, dll Lokasi 2 Strip-mining Modern Mesin bego, dril, dll Lokasi 3 Strip-mining Tradisional Linggis, palu, amer,cikrak,dll Lokasi 4 Strip-mining Tradisional Linggis, palu, amer,cikrak,dll Lokasi 5 Open pit/open case Tradisional Linggis, palu, amer,cikrak,dll
Sumber : hasil penelitian, Juni 2012  
 Tabel 6.   Pengelola penambangan feldspar dan pekerja di 5 lokasi penelitian
Lokasi Nama tempat Luas Pengelola Pekerja Lapangan Mandor Sopir Penggali
Lokasi 1 Gunung Sapu 4 ha CV. Tripurwita Jaya Abadi  5 orang  17 Orang 54 Orang Lokasi 2 Gunung Jabung 10 ha CV. Kuali Mas 2 orang 2 orang 10 orang
Lokasi 3 Gunung Slimer 3 ha PT. Artomoro 1 orang 2 Orang 5 Orang Lokasi 4 Gunung Banjiran 5 ha CV. Surya Kencana - 1 Orang 3 Orang Lokasi 5 Puthuk Bashar 2,4 ha CV. Sinar Agung 2 orang 4-6 orang 38 orang
Sumber : hasil Penelitian, Juni 2012
 Dari tabel diatas aktivitas pertambangan untuk masing-masing lokasi penambangan sebagai
berikut : a. Lokasi 1(Gunung Sapu)
Gunung Sapu adalah salah satu gunung yang terletak kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek. Berada di tenggara desa Jati, diperbatasan desa Jati, desa Mlinjon dan Suruh. Kaki gunung Sapu dikelilingi oleh dusun Bedoyo, dusun Grumbul Gedhe, dusun Sapurejo, dusun Pager dan dusun Sawahan serta tegalan/ ladang penduduk desa yang ditanami singkong. Ketinggian gunung Sapu pada awalnya adalah 261 meter dpl namun saat ini telah mengalami penurunan dikarenakan proses penambangan feldspar yang menggunakan system open pit/ open case. Digali dari sisi bawah melingkar yang selanjutnya menuju puncak. Ketika sudah sampai puncak digali dari atas (digempur dari puncak gunung). 
Gunung Sapu mulai dibuka untuk ditambang sejak tahun 1996 namun perijinan resmi dari dinas pertambangan tahun 1998. Perusahaan yang bertanggungjawab terhadap penambangan feldspar di lokasi satu adalah CV Tripurwita Jaya Abadi yang berpusat di TulungAgung. Pekerja  lapangan dilokasi terdiri dari mandor sejumlah 5 orang, sopir 17 orang dan penggali sebanyak 54 orang. Intensitas penambangan feldspar di lokasi 1 perhari antara 50-70 truk/ hari dengan berat per truk rata-rata adalah 8-10 ton per truk. Penggunaan lahan sebelum dibuka adalah sebagai bukit konservasi biasa dengan tanaman perdu yang mendominasi. Ada juga di beberapa tempat tertentu dengan lapisan tanah yang cukup tebal dikelola oleh masyarakat sekitar dengan ditanami berbagai jenis tanaman pangan berupa singkong, jagung, kedelai dan kacang tanah.


6 
 b. Lokasi 2 (Gunung Jabung)
Gunung Jabung adalah salah satu rangkaian perbukitan yang terletak kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek. Tepatnya di timur desa Jati, perbatasan desa Jati dan desa Kedungsigit. Gunung Jabung terdiri dari 2 bukit yang satu menjulang diutara berbentuk kerucut, sedangkan sebelah selatan berbentuk seperti meja. Kaki gunung Jabung dikelilingi oleh hutan semak belukar dan beberapa dusun yakni dusun Tempel desa Jati serta dusun Tenggong desa Kedungsigit. Gunung Jabung merupakan gunung batu gamping yang terjadi karena pengangkatan pantai selatan. Terbukti di beberapa titik, batuan dari gunung Jabung masih mengandung butir garam dan fosil makhluk laut berupa kerang-kerangan. 
Ketinggian gunung Jabung  sekitar 357 meter diatas permukaan laut. Gunung Jabung mulai dibuka atau ditambang sejak tahun 2004. Namun penambangan masih bersifat eksplorasi (penambangan dalam rangka uji coba terutama terkait kualitas dan kuantitas feldspar sesuai dengan standar mutu yang diinginkan pabrik dan pihak pengelola), sehingga penambangan feldspar belum berjalan optimal. Baru tahun 2006 penambangan feldspar gunung Jabung beroperasi (penambangan produktif). Saat ini penambangan Gunung Jabung dikelola oleh CV. Kuali Mas yang berpusat di Tulung Agung dengan menggunakan teknik penambangan strip- mining. Teknologi dan peralatan yang digunakan sudah modern berupa mesin bego, drill dan lain sebagainya. Intensitas penambangan feldspar di lokasi 2 perhari antara 6-7 truk/ hari dengan berat per truk rata-rata adalah 8-9 ton per truk. Pekerja  lapangan dilokasi 2 terdiri dari mandor sejumlah 2 orang, sopir 2 orang dan penggali 10 orang.
Penggunaan lahan sebelum dibuka adalah lahan konservasi dan hutan lindung. Untuk lahan di kaki gunung ditanami tanaman pangan berupa singkong,jagung, kacang tanah dan lainnya oleh masyarakat sekitar. Letak penambangan feldspar Gunung Jabung merupakan lokasi diatas tanah perhutani. Sehingga pengelolaan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten dan pengelola yang terlibat. 
 c. Lokasi 3 (Gunung Slimer)
Gunung Slimer adalah salah satu rangkaian perbukitan yang terletak kecamatan Suruh Kabupaten Trenggalek, di daerah perbatasan antara kecamatan Karangan dan kecamatan Suruh. Terletak di selatan desa Jati berbatasan dengan desa Mlinjon. Gunung Slimer terdiri dari serangkaian perbukitan yang sambung menyambung dari barat ke timur. Perbukitan tersebut memiliki puncak puncak rendah dengan morfologi yang berbeda- beda. Gunung Slimer yang menjadi lokasi penambangan feldspar terletak di bagian barat kearah tenggara. 
Gunung Slimer mulai dibuka untuk ditambang tahun 1985, namun perijinan secara resmi baru diperoleh sejak tahun 1990. Teknik penambangan feldspar yang digunakan adalah Strip-mining dengan peralatan tradisional yakni menggunakan linggis, palu besar (ammer), pathok, pengungkit, cangkul dan lainnya. Intensitas penambangan feldspar di lokasi 3 sekitar 2 truk/ hari dengan berat per truk rata-rata adalah 7-8 ton. Pekerja lapangan dilokasi 3 terdiri dari mandor sejumlah 1 orang, sopir 2 orang dan penggali 5 orang yang berasal dari masyarakat setempat di bawah naungan perusahaan PT Artomoro.
Kepemilikan lahan penambangan feldspar gunung Slimer adalah tanah perhutani, bukan tanah pemajakan seperti serangkaian bukit Slimer lainnya. Penggunaan lahan Gunung Slimer sebelum dibuka menjadi lahan penambangan feldspar adalah lahan konservasi dan tegalan.   Kaki gunung Slimer dikelilingi oleh semak belukar  dan tegalan yang oleh masyarakat setempat dimanfaatkan sebagai lahan tanaman pangan. Tanaman yang dibudidayakan adalah Singkong, Jagung, Pisang, Padi gogo, Kacang tanah, kedelai dan sayur kacang-kacangan. Seperti mayoritas gunung kapur yang ada di Trenggalek, Gunung slimer merupakan gunung batu gamping yang terjadi karena pengangkatan pantai selatan. 



7 
d. Lokasi 4 (Gunung Banjiran) Gunung Banjiran adalah salah satu puncak perbukitan yang terletak kecamatan Suruh
Kabupaten Trenggalek. Tepatnya di barat laut desa Mlinjon. Gunung Banjiran memiliki morfologi unik, dari kejauhan nampak seperti kursi. kaki perbukitan Slimer  dikelilingi oleh hutan bambu dan semak belukar. Beberapa dusun yang tidak jauh dari kawasan ini adalah Pojok, Mlinjon Kulon, Dawuhan, dan dusun Tumpak Pelang. Gunung Banjiran merupakan perbukitan batu gamping yang terjadi karena pengangkatan pantai selatan. Lokasi perbukitan Banjiran terletak diatas tanah perhutani, sehingga pengelolaan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten dan pengelola yang terlibat dalam proses penambangan feldspar. 
Gunung Banjiran mulai dibuka untuk ditambang tahun 1982, perijinan secara resmi baru diperoleh tahun 1985 dan dikelola oleh CV Surya Kencana. Kondisi terbaru perijinan tambang di lokasi saat ini sudah habis sejak beberapa tahun lalu, namun masyarakat setempat terkadang masih memanfaatkan bekas lokasi penambangan. Teknik penambangan feldspar yang digunakan adalah Strip-mining dengan peralatan tradisional yakni menggunakan linggis, palu besar (ammer), pathok, pengungkit, cangkul, cikrak dan lainnya. Intensitas penambangan feldspar di lokasi 4 hanya 3-4 truk/ bulan dengan berat per truk rata-rata adalah 9-10 ton. Pekerja lapangan  dilokasi ini terbatas sejumlah 1 orang sopir dan penggali sebanyak 3 orang yang berasal dari masyarakat setempat.
 Lokasi  5 (Puthuk Bashar) 
Puthuk Bashar adalah perbukitan yang terletak di tengah dusun Pojok di desa Mlinjon kecamatan Suruh Kabupaten Trenggalek dan berada di kaki Pegunungan Selatan pulau jawa yang melalui Kabupaten Trenggalek. Puthuk Bashar terdiri dari dua bukit yang berdampingan, satu menjulang diutara berbentuk trapesium, sedangkan yang satunya di sebelah selatan berbentuk seperti kerucut pepat. Ketinggian Puthuk Bashar tidak lebih dari 200 meter dpl, Puthuk Bashar merupakan bukit batu gamping yang terjadi karena pengangkatan pantai selatan, berbeda dengan mayoritas perbukitan yang ada di sekitarnya. Kepemilikan lahan penambangan feldspar puthuk bashar adalah tanah pemajakan,lahan tersebut merupakan milik beberapa warga yang mengandung mineral feldspar dan dijadikan penambangan.
Puthuk Bashar mulai dibuka atau ditambang sejak tahun 1982, paling awal dibanding pertambangan lain.namun perijinan diperoleh baru tahun 1983 di bawah naungan CV Sinar Agung. Teknik penambangan feldspar dilakukan dengan system Open pit/ open case dengan peralatan tradisional yakni menggunakan linggis, palu besar (ammer), pathok, pengungkit, cangkul dan lainnya. Intensitas penambangan feldspar di lokasi 5 sekitar 16-20 truk/ hari dengan berat per truk rata-rata adalah 5-7 ton. Dibanding dengan lokasi lain berat batuan marmer dilokasi ini lebih ringan. Hal ini disebabkan oleh lokasi di kaki barisan Pegunungan Selatan dan usianya yang tua serta dekat dengan permukaan tanah. Pekerja lapangan dilokasi 5 terdiri dari mandor sejumlah 2 orang, sopir sejumlah 4-6 orang dan penggali sebanyak 38 orang yang berasal dari masyarakat setempat dan luar dusun.
Penggunaan lahan Puthuk Bashar sebelum dibuka menjadi lahan penambangan Feldspar adalah tegalan, yang oleh masyarakat setempat dimanfaatkan sebagai lahan tanaman pangan diantaranya Singkong, Jagung dan Pisang. Bahkan saat ini di lokasi penambangan kita masih bisa menemui berbagai jenis tanaman tersebut. 
Kondisi penambangan di setiap lokasi memiliki karakteristik yang khas. Untuk memudahkan perbandingan kondisi penambangan peneliti membagi menjadi dua kecamatan yaitu kecamatan Karangan (Lokasi 1 dan lokasi 2)  dan kecamatan Suruh (Lokasi 3, lokasi 4 dan Lokasi 5). Secara detail perbandingan kondisi penambangan dapat dilihat sebagai berikut :  


8 
 Tabel 5.6 Perbandingan kondisi penambangan di Kecamatan Karangan dan Kecamatan Suruh
 No Variabel Kecamatan Karangan (Lokasi 1 dan Lokasi 2) Kecamatan Suruh  (Lokasi 3, Lokasi 4 dan Lokasi 5)

1 Lokasi Perbukitan Dekat dengan pemukiman
penduduk Aksesibilitas mudah, jarak
dengan penampungan tidak terlalu jauh
Perbukitan Agak jauh dengan pemukiman
penduduk Aksesibilitas sulit, jarak dengan
penampungan cukup terlalu jauh

2 Intensitas penambangan
3 Penggunaan lahan
4 Cara penambangan
Tinggi (kualitas batuan bagus) Sedang-rendah (kualitas batuan bervariasi)
Didominasi oleh penambangan Penggunaan lahan antara penambangan, semak belukar dan tegalan merata
teknik open mine/open pit dan stripmining
Teknologi tradisional Mayoritas peralatan : linggis, cikrak,
amer/ palu besar, kapak dan lainnya 
CV resmi mayoritas mengantongi perijinan resmi namun masa ijin sudah habis
Administrasi belum tertib 6 Pekerja Diatas 20 orang

Pekerja tetap dan musiman 
Sumber : hasil penelitian Juli 2012 
Mayoritas kurang dari 20 orang Pekerja musiman

Tambang terbuka (Surface mining)
Teknik penambangan menggunakan teknik open mine/open pit dan stripmining
Teknologi modern Peralatan : Mesin drill, mesin
bego/keruk, dinamit, dll
5 Pengelola CV resmi mayoritas mengantongi perijinan resmi
Administrasi cukup tertib
Tambang terbuka (Surface mining) Teknik penambangan menggunakan

Kondisi lingkungan akibat penambangan feldspar Kondisi lingkungan yang diidentifikasi adalah kondisi lingkungan akibat penambangan
feldspar dalam hal ini meliputi topografi, tanah, vegetasi, ketersediaan air, dan udara. Berikut hasil pengukuran lapangan secara singkat

Tabel  7   Hasil Pengukuran Topografi  dan tanah di lokasi Pertambangan Feldspar Lokasi Luas Galian Tinggi/ dinding galian Skor Jenis Tanah Pengembalian Tutupan lahan
Skor

Lokasi 1 3,75 ha 25-85 meter 3 kerikil berpasir Tidak ada 3 Lokasi 2 1 ha 30-50 meter 0 lempung, tanah padas coklat, marginal Alami 1
Lokasi 3 1,5 ha 30-75 meter 2 Kerikil berpasir Alami 2 Lokasi 4 1 ha 15-30 mete 1 Kerikil berpasir, lempung Alami 1

Lokasi 5 2 ha 15-45 meter 2 coklat keputihan (kerikil ber pasir)
tidak ada. 2

sumber : hasil penelitian Juni 2012
 Tabel  8   Tutupan Vegetasi Penambangan Feldspar di  5 Lokasi Penelitian Lokasi Luas area Luas tutupan % tutupan lahan
Jenis vegetasi Skor
Lokasi 1 4 ha 0,25 ha 6,25% Semak Belukar. Rumput2an. 3 Lokasi 2 10 ha 9 ha 90% Tanaman keras, Semak Belukar, Tanaman pangan,Rumput-rumputan 0
Lokasi 3 3 ha 1,5 ha 50% Tanaman keras, Semak Belukar, 2


9 
Tanaman pangan,Rumput-rumputan Lokasi 4 5 ha 4 ha 80% Tanaman keras, Semak Belukar, Tanaman pangan,Rumput-rumputan 1

Lokasi 5 2,4 ha 0.4 ha 16,67% Tanaman pangan, Rumput Perdu, Ilalang.
(Sumber : hasil penelitian, Juni 2012)
 
3

Tabel 9   Ketersediaan dan Kuantitas Air  dan kondisi udara di Area Penambangan Feldspar Lokasi Ketersediaan air Pemanfaatan skor Kondisi udara Nilai Penyerap polusi Sko
Lokasi 1 Tidak ada - 3 Tidak sehat 105 Ada  2 Lokasi 2 Ada (3 mata air) Keperluan rumah tangga 0 Baik 40 Ada 0
Lokasi 3 Ada (1 genangan) Kolam ikan darurat 1 Sedang 67 Ada 1 Lokasi 4 Ada (2 titik genangan) Pengairan tanaman 1 Baik 45 Ada 0 Lokasi 5 Tidak ada - 3 Sedang 89 Ada 1
Sumber : hasil penelitian, Juni 2012 
Dari rekapitulasi data tabel 7, tabel 8 dan tabel 9 maka kondisi lingkungan akibat pertambangan feldspar berdasarkan indikator tersebut dapat dilihat pada tabel 10  berikut.

Tabel 10. Nilai Skoring Kondisi Lingkungan Feldspar Lokasi Skor Total Skor Kriteria tingkat kerusakan T L V A U
Lokasi 1 3 3 3 3 2 14 Berat Lokasi 2 0 1 0 0 0 1 Baik
Lokasi 3 2 2 2 1 1 8 Sedang Lokasi 4 1 1 1 1 0 4 Ringan Lokasi 5 2 2 3 3 1 11 Sedang
Keterangan : 
T : Topografi
L : lahan / tanah
V : vegetasi / tutupan tanaman

A : air U : udara Dari tabel 5.10 dapat dilihat kondisi lingkungan di masing-masing lokasi penambangan feldspar. Secara keseluruhan dari 5 lokasi penambangan yang dijadikan sampel penelitian, I lokasi kondisi lingkungan masuk dalam katagori rusak berat, 2 lokasi masuk katagori rusak sedang, 1 lokasi masuk katagori ringan dan 1 lokasi masih dalam keadaan baik.  
Lokasi 1 jumlah skor total adalah 14 sehingga masuk dalam katagori berat. Kondisi lingkungan yang ada di lokasi ini menunjukkan dari 5 variabel yang dijadikan sebagai parameter, semua menunjukkan bahwa kegiatan penambangan feldspar berpengaruh kuat terhadap masing-masing variabel yang ada. Topografi menunjukkan perubahan yang signifikan. Dari keseluruhan luas area 4 ha, luas daerah galian adalah 3,75 ha dengan tinggi/ dinding galian berkisar antara 25-85 meter. Kondisi tanah secara umum buruk dengan jenis tanah adalah kerikil berpasir, tidak ada aktivitas pengembalian tutupan lahan baik yang dilakukan oleh manusia maupun jasad renik. Vegetasi terbatas dengan presentase tutupan lahan adalah 6,25% atau seluar 0,25 ha dengan vegetasi berupa semak belukar dan rumputrumputan. Tanaman keras hanya ada di sekeliling lokasi sebagai tanggul alam berupa Pohon Flamboyan, Pohon Jati, Pohon Bambu, dan Pohon Kelapa. Ketersediaan air tidak ada. Kondisi udara secara umum masuk dalam rentang tidak sehat. Udara bersifat merugikan manusia ataupun kelompok hewan yang sensitive atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika. Namun dilokasi ini sudah ada penyerap polusi berupa pepohonan di tanggul alam yang mengitari lokasi penambangan. Debu dari penambangan ini mempengaruhi makhluk hidup di lokasi penambangan, tapi tidak memberikan dampak bagi masyarakat perkampungan.
Lokasi 2 jumlah skor total adalah 1 sehingga masuk dalam katagori baik. Kondisi lingkungan stabil dan tidak ada kerusakan lingkungan yang terjadi. Dari 5 variabel yang dijadikan sebagai parameter, semua menunjukkan bahwa kegiatan penambangan feldspar tidak memberikan berpengaruh terhadap masing-masing variabel yang ada. Topografi


10 
menunjukkan perubahan, namun tidak terlalu signifikan. Luas galian 1 ha atau 10% dari keseluruhan lahan area penambangan dengan tinggi galian berkisar antara 30-50 meter. Kondisi tanah secara umum masih baik mengingat area yang digunakan untuk produksi saat ini hanya 10% dari luas area dengan jenis tanah yang ada adalah lempung, tanah padas coklat dan tanah marginal. Ada aktivitas pengembalian tutupan lahan baik yang dilakukan oleh manusia (dengan menanami tanaman perintis) maupun alami (jasad renik, tumbuhnya tanaman alang-alang).Vegetasi subur, tutupan lahan saat ini adalah sebesar 90% atau seluar 9 ha dari seluruh area penambangan dengan vegetasi berupa tanaman keras, semak belukar, tanaman pangan dan rumput-rumputan. Tanaman keras yang ada berupa Pohon Sono, Pohon Joar, Pohon Akasia, Pohon Sengon Laut, Pohon Mahoni, Pohon Beringin, Pohon Flamboyan, dan  Pohon Jati. hanya ada di sekeliling lokasi sebagai tanggul alam. Ketersediaan air berupa mata air di 3 titik yang saling berdekatan. Debit mata air tidak bisa dihitung karena mata air berupa waduk kecil(penduduk setempat menyebutnya belik: jawa ) yang tidak mengalir. Penduduk setempat mengambil air dengan dialirkan melalui selang. Saat penelitian Ada 5 selang yang bersumber dari mata air ini. Oleh penduduk setempat (dusun Tempel), air ini dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.. Kondisi udara secara umum masuk dalam rentang baik. Udara di lokasi ini tidak memberikan efek bagi  manusia ataupun kelompok hewan yang sensitive dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika. Di lokasi ini sudah ada penyerap polusi berupa pepohonan di sekitar lokasi penambangan dan juga pepohonan di tanggul alam yang mengitari lokasi penambangan. Debu dari penambangan ini bisa dilihat di lokasi penambangan, tapi tidak memberikan dampak bagi masyarakat perkampungan.
Lokasi 3 jumlah skor total adalah 8 sehingga masuk dalam katagori sedang. Kondisi lingkungan kurang stabil dan kerusakan lingkungan yang terjadi masuk dalam katagori sedang. Dari 5 variabel yang dijadikan sebagai parameter, semua menunjukkan bahwa kegiatan penambangan feldspar memberikan berpengaruh terhadap masing-masing variabel yang ada. Topografi menunjukkan perubahan lumayan signifikan. Luas galian adalah 1,5 ha atau 50% dari keseluruhan area pertambangan dengan tinggi/ dinding galian berkisar antara 30-75 meter. Kondisi tanah secara umum kurang baik dengan jenis tanah kerikil berpasir, namun tanah yang ada masih bisa dimanfaatkan masyarakat setempat dengan tingkat produktivitas yang tidak terlalu tinggi. Ada aktivitas pengembalian tanah yang dilakukan oleh alam (tumbuhnya tanaman perintis dan alang-alang).vegetasi kurang produktif. presentase tutupan lahan saat ini adalah sebesar 50% atau seluas 1,5 ha dari seluruh area penambangan dengan vegetasi berupa tanaman keras, semak belukar, tanaman pangan dan rumputrumputan. Tanaman keras yang ada berupa pohon Akasia, pohon Jati dan bambu. Tanaman pangan berupa singkong, padi gogo, pisang dan kacang-kacangan. Ketersediaan air berupa genangan di lokasi pertambangan sebelah sisi selatan-tenggara. Keberadaan genangan yang cukup lebar ini oleh masyarakat setempat dimanfaatkan sebagai kolam ikan darurat. Air dilokasi ini kurang jernih dan berwarna putih kecoklatan akibat larutnya batuan gamping dan feldspar di lokasi pertambangan. dan kondisi udara secara umum masuk dalam rentang sedang. Udara di lokasi ini tidak berpengaruh pada kesehatan  manusia ataupun kelompok hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitive nilai estetika. Dilokasi ini sudah ada penyerap polusi berupa pepohonan di sekitar lokasi penambangan dan juga pepohonan di tanggul alam yang mengitari lokasi penambangan. Debu dari penambangan ini bisa dilihat di lokasi penambangan, tapi tidak memberikan dampak bagi masyarakat perkampungan.
Lokasi 4 jumlah skor total adalah 4 sehingga masuk dalam katagori ringan. Kondisi lingkungan cukup stabil dan ada kerusakan lingkungan yang terjadi akibat penambangan. Dari 5 variabel yang dijadikan sebagai parameter, semua menunjukkan bahwa kegiatan penambangan feldspar memberikan pengaruh terhadap masing-masing variabel yang ada walau tidak terlalu signifikan. Topografi menunjukkan perubahan, namun tidak terlalu


11 
signifikan. Luas galian adalah 1 ha atau 20% dengan tinggi/ dinding galian berkisar antara 15-30 meter kondisi tanah khusunya di titik produksi mengalami perubahan tapi tidak terlalu memburuk. Kondisi tanah secara umum baik dengan jenis tanah yang ada adalah kerikil berpasir dan tanah lempung Produktivitas tanah masih bagus, vegetasi subur, tanah yang ada dimanfaatkan masyarakat setempat untuk bercocok tanam dengan tingkat produktivitas yang tidak terlalu tinggi. Ada aktivitas pengembalian tanah yang dilakukan oleh alam (tumbuhnya tanaman perintis, rumput dan alang-alang). Presentase tutupan lahan saat ini adalah sebesar 80% atau seluar 4 ha dari seluruh area penambangan dengan vegetasi berupa tanaman keras, semak belukar, tanaman pangan dan rumput-rumputan. Tanaman keras yang ada berupa pohon Akasia, pohon kelapa, pohon Abasia, pohon Pinus dan bambu. Tanaman pangan berupa singkong, pisang dan kacang-kacangan.Ketersediaan air berupa mata air di lokasi pertambangan sebelah sisi timur dan tenggara. Masyarakat setempat memanfaatkan mata air tersebut sebagai sumber irigasi untuk tanaman diladang, misalnya tanaman cabe, tomat dan kacang-kacangan. Air dilokasi ini agak jernih dan berwarna agak putih akibat larutnya batuan gamping dan feldspar di lokasi pertambangan. sumber air masih ada dan kondisi udara secara umum masuk dalam rentang baik. Udara di lokasi ini tidak memberikan efek bagi  manusia ataupun kelompok hewan yang sensitive dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika. Dilokasi ini sudah ada penyerap polusi berupa pepohonan di sekitar lokasi penambangan dan juga pepohonan di tanggul alam yang mengitari lokasi penambangan. Debu dari penambangan ini bisa dilihat di lokasi penambangan, tapi tidak memberikan dampak bagi masyarakat perkampungan.
Lokasi 5 jumlah skor total adalah 11 sehingga masuk dalam katagori sedang. Kondisi lingkungan kurang stabil dan kerusakan lingkungan yang terjadi masuk dalam katagori sedang. Dari 5 variabel yang dijadikan sebagai parameter, semua menunjukkan bahwa kegiatan penambangan feldspar memberikan berpengaruh terhadap masing-masing variabel yang ada. Topografi menunjukkan perubahan signifikan, luas galian adalah 2 ha dengan tinggi/ dinding galian berkisar antara 15-45 meter dari dasar/kaki gunung pertambangan (area tambang yang digunakan sebagai lokasi tambang). Kondisi tanah secara umum kurang baik dengan jenis tanah yang ada adalah kerikil berpasir, namun tanah yang ada masih bisa dimanfaatkan masyarakat setempat walau dengan tingkat produktivitas yang rendah . Ada aktivitas pengembalian alami., vegetasi kurang produktif, 5  presentase tutupan lahan saat ini adalah sebesar 16,67% atau seluar 0,4 ha dari seluruh area penambangan dengan vegetasi berupa tanaman keras (Pohon Jati), semak belukar, tanaman pangan dan rumput-rumputan. Tanaman pangan berupa singkong dan pisang. Sumber air tidak ada, dan kondisi udara secara umum masuk dalam rentang sedang. Udara di lokasi ini tidak berpengaruh pada kesehatan  manusia ataupun kelompok hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitive nilai estetika. Dilokasi ini sudah ada penyerap polusi berupa pepohonan di sekitar lokasi penambangan dan juga pepohonan di tanggul alam yang mengitari lokasi penambangan. Debu dari penambangan ini bisa dilihat di lokasi penambangan, tapi tidak memberikan dampak bagi masyarakat perkampungan.
  Perhitungan Dugaan Besarnya Erosi
Perhitungan dugaan erosi di lokasi penambangan pasir dengan menggunakan Rumus USLE yaitu:  
A = R x K x Lx S x C x P   Luas keseluruhan penambangan feldspar baik yang tergali maupun yang tidak tergali  adalah seluas 24,4 Ha. Perhitungan masing-masing faktor dari lokasi penambangan bisa dilihat di tabel berikut 
Tabel 11: nilai masing-masing faktor dugaan erosi


12 
Lokasi R K LS C P A Lokasi 1 29182,99 0,547 4,377 75,6 0,15 177482,171 Lokasi 2 29182,99 0,719 6,993 80,4 0,5 1321284,31 Lokasi 3 29182,99 0,369 6,023 16,1 0,35 81867,3918 Lokasi 4 29182,99 0,351 6,991 66 0,35 370540,944 Lokasi 5 29182,99 0,253 8,064 60,8 0,35 283805,278
dugaan terjadinya erosi di lokasi penambangan feldspar dicari dengan 2 tahap yakni menentukan erosi yang diperbolehkan lalu menentukan Tingkat bahaya erosi di lima lokasi yaitu:

Dari penghitungan diatas Tingkat bahaya erosi tersaji dalam tabel berikut Tabel 12 Tingkat bahaya Erosi dari masing-masing lokasi
Unit lahan A EDP TBE Kriteria Lokasi 1 177482,171 7,5 23664,289 Sangat tinggi
Lokasi 2 1321284,31 18 73404,684 Sangat tinggi Lokasi 3 81867,3918 8,7 9410,045 Sangat tinggi
Lokasi 4 370540,944 8,1 45745,796 Sangat tinggi Lokasi 5 283805,278 7,2 39417,400 Sangat tinggi
Sumber : hasil Penelitian Juli 2012
Dari tabel 12 dapat dilihat tingkat erosi di masing-masing lokasi penambangan feldspar berbeda. Secara keseluruhan dari 5 lokasi penambangan yang dijadikan sampel penelitian, semua masuk dalam kriteria erosi sangat tinggi. Lokasi 1 memiliki tingkat erosi sangat tinggi dengan TBE (Total dugaan erosi yang terjadi/ total erosi yang diperbolehkan) dengan nilai 23664,289. Lokasi 2 memiliki tingkat erosi dengan kriteria erosi sangat tinggi dengan TBE (Total dugaan erosi yang terjadi/ total erosi yang diperbolehkan) dengan nilai 73404,684. Lokasi 3 memiliki tingkat erosi dengan kriteria erosi sangat tinggi dengan TBE (Total dugaan erosi yang terjadi/ total erosi yang diperbolehkan) dengan nilai 9410,045. Lokasi 4 memiliki tingkat erosi dengan kriteria erosi sangat tinggi dengan PBE (Total dugaan erosi yang terjadi/ total erosi yang diperbolehkan) dengan nilai 45745,796.dan lokasi terakhir yaitu lokasi 5 memiliki tingkat erosi sangat tinggi dengan TBE (Total dugaan erosi yang terjadi/ total erosi yang diperbolehkan) dengan nilai 39417,400  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang aktivitas penambangan dan kondisi lingkungan penambangan feldspar di kecamatan Karangan dan kecamatan Suruh Kabupaten Trenggalek maka dapat disimpulkan sebagai berikut :  
1. Aktivitas pertambangan feldspar di Kecamatan Karangan dan Kecamatan Suruh Kabupaten Trenggalek berada di lokasi perbukitan yang tidak jauh dari pemukiman masyarakat dan memiliki tanggul alam berupa pepohonan.
2. Penggunaan lahan di lokasi penelitian sebelum penambangan mayoritas adalah tegalan, semak belukar dan hutan negara.
3. Intensitas penambangan dan pekerja lapangan penambangan feldspar di kecamatan Karangan lebih besar daripada di kecamatan Suruh.

Erosi yang diperbolehkan Rumus EDP 
EDP = kedalaman tanah equivalen  Umur kelestarian tanah          = kedalaman tanah efektif x faktor kedalaman              Umur kelestarian tanah  
Tingkat  Bahaya Erosi Rumus umum TBE adalah
TBE =  A             EDP



13 
4. Aktivitas pertambangan feldspar di Kecamatan Karangan dan Kecamatan Suruh Kabupaten Trenggalek sudah dikelola oleh badan usaha (pengelola), namun terkait administrasi pengelolaan penambangan feldspar belum tertib. 
5. Dampak penambangan feldspar terhadap kondisi lingkungan di kecamatan Karangan dan kecamatan Suruh kabupaten Trenggalek signifikan. Semakin besar intensitas penambangan feldspar, kondisi lingkungan semakin buruk.
Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan untuk perbaikan ke
depan, penulis menyarankan beberapa hal yakni sebagai berikut : 1. Bagi masyarakat yang bekerja sebagai pekerja lapangan maupun pihak pengelola
disarankan agar melakukan pengendalian lingkungan dengan melakukan pengembalian tanah, pemanfaatan bekas lahan, dan reboisasi.
2. Adanya dampak fisik berupa perubahan kondisi lingkungan yang memburuk harus segera ditanggapi secara terpadu di bawah tanggungjawab Dinas Lingkungan Hidup sehingga lahan segera kembali pulih sesuai dengan peruntukannya. Pemerintah setempat harus secara tegas menerapkan kebijakan kewajiban mereklamasi lahan pada pengelola tambang yang bertanggung jawab penuh terhadap aktivitas pertambangan.
3. Kegiatan penambangan tidak perlu ditutup, namun perlu dilakukan pengelolaan lingkungan melalui kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan yang melibatkan masyarakat setempat secara utuh dan nyata sehingga benarbenar terwujud pemberdayaan masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan. 
4. Perlu adanya studi lanjutan terkait penambangan feldspar dan pengaruhnya terhadap kondisi lingkungan, mengingat penelitian ini hanya mengambil sampel di dua kecamatan di Kabupaten Trenggalek padahal masih banyak penambangan feldspar yang ada di Indonesia. 
 Daftar Rujukan
Abdurrahman,M. 1998. Geografi : Perilaku Suatu Pengantar Studi Tentang Persepsi Lingkungan. Jakarta : Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Kependidikan
Ardha, N.,Jafril. 1995. Bahan Galian Industri Feldspar. Bandung : Direktorat Jenderal Pertambangan Umum, PTTM.
Arikunto, s. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek. Jakarta : PT Rineka Cipta.
As’a d. 2005. Pengelolaan Lingkungan pada penambangan Rakyat (Studi kasus penambangan Intan Rakyat di kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru Propinsi Kalimantan Selatan). Tesis tidak diterbitkan. Malang : FMIPA Universitas Negeri Malang.
BPS Kabupaten Trenggalek. 2010. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Trenggalek 2005-2009. Trenggalek : BPS Trenggalek.
BPS Kabupaten Trenggalek. 2010. Kabupaten Trenggalek dalam Angka. Trenggalek : BPS Trenggalek.
BPS Kabupaten Trenggalek. 2010. Kecamatan Karangan dalam Angka. Trenggalek : BPS Trenggalek.
BPS Kabupaten Trenggalek. 2010. Kecamatan Suruh dalam Angka. Trenggalek : BPS Trenggalek.
BPS Kabupaten Trenggalek. 2010. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2005-2009. Trenggalek : BPS Trenggalek.
Ciptaningrum, R.R.T,. 2006. Sikap dan Perilaku Masyarakat Penambang Batu Apung dalam Pelestarian Lingkungan di Kelurahan Ijo Balut Kecamatan Labuhan Haji Kabupaten Lombok Timur. Skripsi tidak dipublikasikan. Malang : FMIPA UM


14 
Handayani, Astuti. 2011. Dampak Penambangan Bahan Galian Golongan C terhadap Tingkat Kerusakan Lingkungan dan Sosial Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Aikmel dan Kecamatan Pringgasela Kabupaten Lombok Timur. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Malang: FIS UM
Handayani,Y,T. 2005. Studi Kondisi Daerah dan Sosial Ekonomi Masyarakat Penambang Pasir Batu Sungai di Desa Lempeni Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Malang: FMIPA UM .
Hartman, L. 1986. Introductory To Mining Engineering. New York : John Willey and Son. Hardjowigeno, Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta : Mediyatama Sarana Perkasa Hasibunan, Puspa Melati. 2006. Dampak Penambangan Bahan Galian Golongan C
Terhadap Lingkungan Sekitarnya Di Kabupaten Deli Serdang. Jurnal Equality : Vol 11 No 1 Februari 2006.
rdKerr, P.F. 1995. Optical Mineralogy, 3 Edition. New York : Mc Graw-Hill Book Kristanto, Philip. 2002. Ekologi Industri. Yogyakarta : Penerbit Andi Laughnan, F.C. 1969. Chemical Weahtering Of The Silicate Minerals. New York : Amer.
Elsevier. Comp., Inc. Madiadipuro, T. 1990. Bahan Galian Industri. No 36. ISSN: 0216-0765. Bandung :
Direktorat SBM. Muhammad, H. 1996. Peranan Bahan Galian dalam meningkatkan Pembangunan Daerah.
Jurnal Pertambangan dan energy. No 2/XX/1996 Najib. Kajian Kelayakan Kegiatan Pertambangan Bahan Galian Golongan C di Kecamatan
Cepogo Kabupaten Boyolali. Jurnal Teknik-Vol 30 No 2 Tahun 2009, ISSN 08521697.
Nuryanto, 1992. Industri Pemurnian Feldspar : Harapan Masa Depan Industri Keramik. Bandung : Warta Bahan Galian Industri No. 04/2. PPTM.
Pratiwi, Ika Budi. 2005. Peningkatan Kadar Kalium (K) pada Feldspar dengan Metode pertukaran ion Sistem Kolom. Skripsi tidak dipublikasikan Semarang: Universitas Dipeonegoro
Risyanto. 2001. Identifikasi Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Bahan Galian Golongan C di Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan dan Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik Propinsi Jawa Timur. Yogyakarta: Prosiding hasil-hasil penelitian Fakultas Geografi UGM.
Setyabudi, Ulang. 2006. Pemerintah Kabupaten Trenggalek Jawa Timur Potensi Sumber Daya Mineral Untuk Kesejahteraan Masyarakat, Trenggalek: Dinas Lingkungan Hidup Dan Energi Kabupaten Trenggalek.
Soemarwoto, Otto,1996. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Standar Nasional Indonesia, 1984. Feldspar Untuk Pembuatan Badan Keramik Halus,
Departemen Perindustrian: SNI 1145-1984. Sukandarummundi. 1999. Bahan Galian Industri. Yogyakarta: UGM Press Suratmo,F,Gunawan. 2004. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah
Mada University. Syaripudin, Aep. 1998. Pengurangan Besi Oksida Dalam Mineral Feldspar Dengan Metode
Flotasi. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Semarang : Fakultas Mipa Undip. Tan, K.H. 1991. Dasar- Dasar Kimia Tanah. Yogyakarta: UGM Press. Tim Sintesis Kebijakan. 2008. Strategi Penanggulangan Pencemaran Lahan Pertanian Dan
Kerusakan Lingkungan. Jurnal: Pengembangan Inovesi Pertanian 1 (2), 2008: 125-128. Utomo, Dwiyono Hari. 2009. Meteorologi- Klimatologi dalam Studi Geografi. Diktat kuliah.
Malang : FMIPA UM Wardhana, Wisnu Arya. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan.Yogyakarta : Andi


15 
Welcher, F.J. 1975. Standart Methods Of Chemical Analysis, 6 Th Edition. New York : Robert E. Krieger Publishing Co.,Inc.
Yudhistira. 2008. Kajian Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Kegiatan Penambangan Pasir Di Daerah Kawasan Gunung Merapi (Studi Kasus Di Desa Keningar Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah). Tesis. Tidak Dipublikasikan. Semarang : Universitas Diponegoro. 

Tidak ada komentar: